Share |

Lakukan Pembohongan Publik , Djohar ke Jepang bukan untuk Lobi FIFA tapi untuk Nonton Piala Dunia Antarklub

Anggota Joint Committee dari pihak Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia, Djamal Azis mengatakan, keberadaan Djohar Arifin cs di Jepang tidak untuk bertemu petinggi Federasi Sepakbola Dunia (FIFA), melainkan undangan menyaksikan pertandingan sepakbola Piala Dunia Antarklub.
"Keberangkatannya kesana bukan untuk bertemu pejabat FIFA, melainkan untuk menonton pertandingan sepakbola antarklub dunia. Tidak benar kalau mereka mengklaim telah bertemu dengan pejabat FIFA," kata Djamal Azis kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Dikatakannya, keberangkatan Djohar yang didanai oleh seseorang itu tidak mungkin bisa diklaim sebagai pertemuan formal dengan Sep Blatter, karena tidak mudah untuk bertemu seorang Sepp Blatter, apalagi untuk membahas sesuatu yang sangat serius.
"Kalau ada pemberitaan yang mengatakan Djohar sudah bertemu dengan Blatter, itu tidak mungkin, karena pemerintah sudah menunjuk Tim Task Force untuk mengatasi kekisruhan sepakbola karena sudah melewati batas waktu 10 Desember 2012," ujarnya.
"Tidak mudah untuk bisa bertemu seorang Sepp Blatter. Sebuah negara yang persepakbolaannya dalam keadaan normal saja sulit untuk bertemu, apalagi seperti Indonesia," lanjutnya.
Djamal Azis yang juga anggota DPR sangat menyesalkan berbagai pernyataan dari pihak PSSI Djohar Arifin selama ini seringkali merupakan pembohongan publik. Bahkan sesuatu yang sudah disepakati secara tertulis pun mereka sering pungkiri dan ingkari sendiri.
"Sangat disesalkan kalau kalangan masyarakat cepat percaya," ujarnya.
Tentang pengingkaran-pengingkaran dimaksud, Djamal mencontohkan ketika hari-hari terakhir menjelang kongres 10 Desember pihak PSSI Djohar banyak menghindar dari kesepakatan yang telah dibuat bersama Menpora Andi Mallarangeng maupun Pjs Menpora Agung Laksono, utamanya tentang verifikasi pemilik suara kongres Solo.
Mengenai kemustahilan bertemu dengan petinggi FIFA, Djamal Azis mencontohkan, sewaktu anggota Dewan Olimpiade Internasional (IOC) membahas calon tuan rumah Asian Games di Macau baru-baru ini, siapa pun demikian sulitnya untuk bisa bertemu dengan pejabat FIFA dalam kaitan penyelenggaraan pertandingan sepakbola Asian Games.
"Waktu bidding Asian Games di Macau, masuk pagarnya saja tidak bisa. Dari 110 orang perwakilan yang ingin menghadap, hanya 40 orang yang diterima setelah melobi secara alot. Dari pihak Asia saja mau bertemu Blatter sulitnya setengah mati, apalagi ini Indonesia sedang bermasalah. Jadi kalau ada yang mengklaim telah bertemu FIFA, saya yakin 100 persen itu tidak benar," ujarnya.
Dikatakan dia, kalau pun ada figur dari Indonesia yang berkomunikasi secara informal, selama ini yang aktif berkomunikasi dengan kalangan FIFA adalah Rita Subowo (Ketua KOI), apalagi setelah ditunjuk sebagai ketua Tim Task Force oleh pemerintah.
"Keberadaan Tim Task Force sendiri sudah dilaporkan pemerintah Indonesia ke FIFA merujuk surat perintah dari FIFA ke pemerintah tertanggal 26 November," lanjutnya.
Djamal menambahkan, kondisi PSSI saat ini sudah sangat parah dalam ancaman sanksi FIFA. Masyarakat pun harus melihat fakta perjalanan sejarah sejak Djohar Arifin terpilih sebagai ketua umum PSSI dalam Kongres di Solo 9 Juli 2011 dan tidak hanya melihat ekornya pada hari-hari terakhir.(JF)
Share on Google Plus

About 12paz