Perwakilan KPSI di Joint Committee, Joko Driyono mengungkapkan alasan
mengapa pihaknya bersikeras untuk menyetujui penyatuan liga pada tahun
2015.
Menurut Joko, hal itu tak terlepas dari proses panjang yang
harus ditempuh dalam menyatukan liga, termasuk mengevaluasi kompetisi
sebelumnya dan penyusunan konsep kompetisi yang lebih berkualitas.
"Kita
mengingatkan kembali bahwa kita perlu mengevaluasi kompetisi sebelumnya
dan baru kemudian membuat liga yg baru," ujar Joko kepada wartawan,
Jumat (21/9/2012) malam WIB.
"Prosesnya akan memakan waktu lama.
Bagaimana menyusun konsep, jumlah dari kedua kompetisi kan banyak, lalu
siapa-siapa yang memang layak tampil di kompetisi teratas," papar CEO PT
Liga ini.
Menurut Joko, bila membuat penyatuan kompetisi hanya
dengan mengusung semangat rekonsiliasi, maka yang terjadi penyatuan
hanyalah formalitas yang ada tanpa mempertimbangkan klub-klub yang
sebenarnya sejak awal pantas menghuni divisi teratas.
"Maka tentu
harus disesuaikan siapa klub yang akan mengisi 18 atau 20 kuota di
kompetisi di divisi teratas. Tentu dibutuhkan verifikasi, termasuk dari
segi profesionalisme dan syarat-syarat lain. Membangun itu semua
membutuhkan waktu yang tidak sebentar," bebernya.
"Ada reformasi
piramida kompetisi. Bila hanya dengan semangat rekonsiliasi, kita tidak
bisa berbicara kualitas dan profesionalisme. Karena kita ingin level
kompetisi nanti ketika disatukan akan lebih tinggi. Jadi, klub-klub
mempersiapkan diri mereka hingga akhirnya layak tampil di divisi teratas
pada tahun 2015," sambungnya.
Joko juga menghindari adanya
ketergantungan kompetisi kepada investor yang akhirnya malah membuat
kompetisi tidak berjalan dengan maksimal. Dia ingin kompetisi yang
didukung oleh sponsor dan liga tidak berhenti di tengah jalan.
"Olahraga
juga tidak boleh dikendalikan oleh investor. Lihat bagaimana ketika
Liga Primer Indonesia masih menjadi break away league, mereka hanya
berjalan setengah musim," tutupnya. (min)