
“Mungkin yang pertama saya lihat, di dalamnya tidak ada kebersamaan,
baik di internal pengurus tetapi juga yang mengatur semua entah itu
manajemen,” kata Aples, mantan pemain primavera yang pernah berguru di
Italia tahun 1995 bersama Chrisleo Yarangga dan Alexander Pulalo.
Di Perseman kata Aples yang belum berjalan selama ini adalah tidak
kompaknya pemain dan pengurus serta pelatih yang menjalankan tugasnya
sendiri-sendiri. “Contoh kecil yang selama ini terjadi ada dua kubu
Perseman yang ada di Manokwari maupun yang saat ini ada di Jogjakarta.
Kita sebagai pecinta sepakbola, khususnya Perseman, kita bingung, mana
yang sebenarnya bisa dipercaya,” ungkap pemain yang sudah makan garam di
Timnas sejak 1993-2004.
Aples Tecuari yang kini mengantongi sertifikat pelatih berlisensi B
PSSI itu, saat ditemui di Manokwari-Papua Barat belum lama ini
mengungkapkan fakta tersebut karena ada diantara beberapa pemain yang
datang kepadanya mengeluhkan hal tersebut. “Mereka menceritakan keluhan
yang mereka alami selama ini. Ketika mereka berusaha sebagai putra
daerah, mereka berusaha dengan sungguh tetapi apa yang mereka lakukan
itu tidak diperhatikan dengan baik,” kata lelaki yang pernah perkuat PON
sepakbola Papua tahun 1993 itu.
Intinya kata suami dari Farida Dani itu, tidak ada kebersamaan
antara pengurus, pemain yang bisa diputuskan untuk bagaimana supaya
memajukan sepakbola kususnya Perseman di Manokwari. Anehnya, kata Aples,
hingga kini dirinya belum tahu siapa pelatih Perseman Manokwari. Tapi
dari kabar yang didengarnya, pelatih bersama pemain Perseman kini sudah
berada di Jogjakarta sebagai home base mereka.
Ketika ditanya soal kesediannya jika sewaktu-waktu diminta oleh
manajemen untuk dirinya menukangi Perseman? “Saya pikir tak ada masalah,
malah pemain lokal disini mereka dukung (saya) sebenarnya. Saya
orangnya tidak mengemis tetapi terserah kepada mereka (manajemen) mau
menghargai itu kepada saya,” ungkap ayah 4 putri itu.
Menurut PNS di lingkungan Dispora Provinsi Papua Barat itu, jika
ketika tertentu dirinya dipinang Perseman sebagai pelatih, dia akan
sepenuh hati men-dharma bakti-kan ilmunya kepada Perseman. “Saya
berharap sebagai mantan pemain, bagaimana ilmu dan keterampilan bolanya
jangan sampai hilang tapi dapat digunakan sesuai dengan yang dimiliki
untuk membangun masa depan dari pada sepakbola di Papua. Itu harapan
saya,” kata jebolan SMA Gabungan Jayapura itu.(sf)