
Mengulas sedikit banyak tentang Irfan, kita akan mudah menemukan
namanya di dunia sepak bola Malaysia. Setidaknya karena ia pernah
menangani tim Divisi Utama Malaysia, Irfan juga pernah berkesempatan
menangani Timnas Malaysia U-23 dan Timnas Senior pada 1991-1992. Kecuali
itu, Irfan juga pernah menjadi pemain terbaik Timnas Malaysia pada
1975-1976.
"Pada 2007 saya pernah melatih Persipura, Jaya Pura," ujar Irfan Minggu 16 Desember 2012.
Berbincang dengan sosok Irfan, ia ternyata mengoleksi banyak kenangan
di negeri 1001 warung kopi ini, aceh. Mula kedatangannya di Aceh pada tahun
1971. "Saya bermain bersama Timnas Malaysia di Piala Cut Nyak Dhien di
Sigli," kenang Irfan. Saat itu, kata Ifran, stadion yang digunakan di
Sigli masih terbuat dari kayu. "Kami bermain dalam rumput yang tinggi,"
kata Irfan tertawa.
Irfan berujar, karakter Aceh masih sama dengan yang dulu, "Orangnya
baik," kata dia. Irfan lalu melanjutkan, pada kedatangannya saat itu, ia
sempat berkenalan dengan seorang perempuan Aceh. "Dia cantik, dia
memberi saya kalung sebagai kanangan dan kami berteman akrab sampai dua
tahun."
Setelah dua tahun, komunikasi keduanya terputus. "Saya datang kemari
ingin tahu apakah dia masih hidup," ujar Irfan penuh harap. Namun
sayang, Irfan tidak berhasil saat berusaha mengingat kembali nama gadis
itu.
Rupanya Irfan telah lama memendam hasrat mengunjungi Aceh. Terlebih
setelah musibah Tsunami melanda. "Saya ingin mendengar langsung dari
orang yang selamat dari Tsunami," kata dia. Wajah Irfan tampak redup.
Ada air mata yang akan menetes namun terlihat ditahannya. "Saya meraung
(menangis) di PLTD Apung," kata Irfan mengenang perjalanannya kemarin
hari. [](zul)