Kepolisian Resor (Polres) Kampar bersama jajaran Polsek Tambang bergerak
cepat mengungkap peristiwa penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya
Tegar Syahputra Agara (15), pelajar kelas I SMK Hasanah, yang menjadi
korban sasaran bentrok antara sesama suporter PSPS, Ahad (10/3) lalu.
Pada
Selasa (12/3) sore di Pekanbaru, tiga orang yang diduga ikut sebagai
pelaku penganiayaan almarhum Tegar dan kawan-kawannya diringkus dalam
dua penangkapan. Beberapa pelaku lain masih dalam pengejar pihak
kepolisian.
Tiga orang yang diduga sebagai pelaku ini adalah Yo
(16), warga Jalan Mangon Sakti Ujung, Kecamatan Tampan, Ih (17) warga
Jalan Srikandi, Kecamatan Tampan dan Bo (17) warga Jalan Ikhlas,
Kecamatan Tampan. Yo ditangkap Selasa siang sekitar pukul 14.00 WIB di
rumahnya, sementara Ih dan Bo ditangkap sekitar pukul 16.30 WIB.
Pantauan
di Polres Kampar sekitar pukul 22.00 WIB, ketiganya diperiksa
dalam satu ruangan yang sama. Yo terlihat menggunakan baju berwarna
hijau, Bo menggunakan baju putih bergaris merah dan Ih mengenakan baju
putih bergaris hijau. Ketiganya terlihat tertunduk menjawab pertanyaan
yang diberikan penyidik.
Dalam pemeriksaan itu, ibu Yo turut
mendampingi dengan menunggu di depan ruang periksa didampingi keluarga
yang lain. Sang ibu tampak tertekan atas apa yang dialami anaknya. ketika di coba mengorek informasi terkait penangkapan terhadap To kepada
dirinya. Namun, sang ibu enggan memberikan penjelasan. ‘’Iya saya
ibunya. Sudah dulu ya. Kepala saya sakit,’’ ujar wanita berjilbab ini.
Kapolres
Kampar AKBP Auliansyah Lubis SIK didampingi Kasat Reskrim AKP Eka
Ariandy Putra SH SIK saat dikonfirmasi, Selasa (12/3)
malam, membenarkan perihal diamankannya tiga orang terduga pelaku ini.
‘’Ketiganya diduga turut serta dalam penganiayaan bersama-sama hingga
menyebabkan meninggalkan dunia terhadap korban,’’ ujar Auliansyah.
Penangkapan
tiga orang yang diduga terlibat penganiayaan terhadap Tegar ini juga
dibenarkan Kabid Humas Polda Riau, AKBP Hermansyah SIK. ‘’Memang polisi
sudah mengamankan tiga tersangka. Sekarang ketiganya sedang menjalani
pemeriksaan intensif untuk mengungkap pelaku lainnya,’’ kata Hermansyah.
Kapolres
Kampar AKBP Auliansyah menjelaskan, dari penyelidikan yang dilakukan
pihaknya, ketiganya mempunyai peran masing-masing dalam penganiayaan
tersebut. ‘’Yo berperan mengambil batu untuk dilempar ke korban. Ia juga
mengambil kayu dan kemudian mengejar dan memukul korban yang ada di
pickup Zebra milik kelompok Asykar Theking,’’ ungkapnya.
Dijelaskannya
pula, untuk Ih, ia turut serta dengan melempari korban menggunakan
batu. ‘’Bo, juga berperan melemparkan batu ke arah korban,’’ lanjut
Auliansyah.
Terkait penanganan kasus ini, Kapolres Kampar
menjelaskan, pihaknya masih terus melakukan pengembangan. Beberapa orang
yang diduga turut serta dalam penganiayaan hingga menyebabkan Tegar
tewas ini masih terus dikejar. ‘’Kita akan terus kembangkan. Beberapa
pelaku lain masih dalam pengejaran kita,’’ tegasnya.
Dua dari
tiga orang diduga pelaku ini sempat diwawancarai Riau Pos. Yo mengakui
berada di lokasi saat penganiayaan itu berlangsung. Dikatakannya, aksi
yang mereka lakukan adalah reaksi atas provokasi yang dilakukan pihak
Asykar Theking. ‘’Saya dalam kelompok Curva Nord. Beberapa kali kami
berpapasan dengan mereka. Mereka memancing-mancing,’’ ujar Yo sambil
menunjukkan isyarat mengacungkan jari tengah yang dicontohkannya
diacungkan kepada kelompoknya.
Keributan ini pecah, lanjutnya,
saat bus mereka beriring-iringan dengan bus yang berisi suporter cewek.
‘’Kami dapat telepon bus cewek diserang. Karena itu kami turun,’’
jelasnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Bo. Pemuda yang mengaku
ikut melempar korban ini mengatakan hanya ikut melempar karena kabar bus
lain yang diserang. ‘’Saya ikut melempar,’’ jelasnya. Meski begitu, ia
menjelaskan batu yang digunakannya melempar bukan memang sudah
dipersiapkan. ‘’Batunya ambil dari pinggir jalan,’’ ucap Bo.
Penangkapan
ketiga pelaku ini diapresiasi oleh Amiruddin, orangtua almarhum Tegar.
Ia mengatakan, keluarga menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini pada
pihak yang berwajib. ‘’Kami serahkan sepenuhnya ke pihak berwajib. Kami
berharap mereka diproses sesuai dengan perbuatan yang telah mereka
lakukan,’’ ungkap mantan wasit PSPS ini.
Disebutkan Amir, ia
berharap polisi juga dapat menangkap pelaku-pelaku lain yang terlibat.
Perbuatan mereka tak bisa dianulir dan sudah di luar kewajaran.
‘’Tindakannya telah mengakibatkan nyawa orang melayang,’’ ujarnya.
Satukan Suporter
Langkah
tegas bakal diambil pihak manajemen PSPS Pekanbaru pasca penganiayaan
hingga tewas yang dilakukan salah satu kelompok suporter PSPS terhadap
kelompok suporter lainnya, Ahad (10/3) lalu.
Pembubaran dan
kemudian menjadikannya satu bendera suporter ini mengemuka, karena
menurut manajemen PSPS, sebelumnya sudah pernah dilakukan pembicaraan
damai saat laga kandang di Rumbai, 5 Januari 2013 lalu. Kedua kelompok
ini juga sudah pernah bentrok.
‘’Pelaku suporter yang anarkis ini
sudah terlalu banyak, dan ini akan berbahaya jika dibiarkan
terus-terusan. Sebelumnya seluruh pihak suporter sudah juga didudukkan,
dibuat perjanjian, namun hasilnya tidak ada, justru lebih buruk,’’
ungkap Manajer PSPS, Boy Sabirin menjawab di Pekanbaru, Selasa
(12/3).
Pernyataan Roy dipertegas langsung Dirut PSPS, Anto
Rahman. Menurutnya, sudah lebih baik di awal-awal kelompok suporter,
Asykar Theking berdiri dulu dengan satu bendera saja. Antarsuporter
tidak ada gesekan dan bentrokan yang menyebabkan korban seperti sekarang
ini.
‘’Kita inginkan satu suporter saja, lebih jelasnya besok kita akan umumkan kelanjutannya,’’ terangnya.
Memang,
sebut Ketua MPW Pemuda Pancasila (PP) Riau ini, besok (hari ini) akan
menggelar konferensi pers ke seluruh media di Pekanbaru. Ini dilakukan
terkait permasalahan berujung maut dari ulah suporter yang ingin
menyaksikan pertandingan di Bangkinang, Kabupaten Kampar. Pembubaran
salah satu kelompok suporter ini, untuk mencegah permasalahan
selanjutnya serta ke depan agar tidak berbenturan lagi.
‘’Kita ingin kelompok suporter yang anarkis tidak ada di Pekanbaru ini, bisa saja positif dibubarkan,’’ tambah Boy.
Saat
ini, tercatat ada empat kelompok suporter pendukung tim berjuluk Askar
Bertuah yakni Asykar Theking, Curva Nord, Hangtuah Mania dan Ultras
Pekanbaru. Ditambah suporter baru yang terlihat saat pertandingan PSPS
menjamu Persepam Madura United, Ahad (11/3) lalu di stadion yakni,
Laskar Tabano.
Ketua Asykar Theking, Nasrul mengemukakan, PSPS
harusnya mempertemukan semua pihak. Selain itu perlu diawasi dan duduk
satu meja dalam mendukung tim kebanggaan.
‘’Suporter bagaimana
pun harus dikoordinir oleh klub. Karena tujuannya mendukung klub. Dan
untuk membubarkan itu bukanlah hal yang mudah,’’ jelasnya.
Keberagaman
bendera suporter pendukung PSPS, lanjut Nasrul, sebenarnya dinilai
cukup bagus. Karena memiliki tujuan yang sama. Namun apapun keputusan
manajemen, semua diserahkan kepada pihak terkait.
Sementara Ketua
Hangtuah Mania, Andi Azis, pembubaran salah satu kelompok suporter
memang hak manajemen. Namun harus dipertimbangkan dengan matang karena
ia yakin pastinya bentrokan bukan keinginan salah satu suporter.
‘’Harus
ada pendekatan secara emosional, kita tidak memihak salah satu pihak
(dua yang bertikai, red), namun semuanya harus dicarikan solusi dan
jalan tengahnya,’’ ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Andi Pandeka
ini mengatakan, salah satu hal yang dikhawatirkan ke depan memang
adalah aksi balas dendam dari salah satu pihak suporter. Jadi kalau
memang tidak ingin kejadian serupa terulang, maka harus dipikirkan
matang-matang untuk membubarkan salah satu atau keduanya saja.
Apalagi,
lanjutnya sekarang ini tambahan suporter baru dari Bangkinang, kalau
tidak segera dirangkul, maka akan berdampak lebih buruk ke depan.
‘’Pihak klub dan manajemen harus merangkul segera seluruh pihak dan
diarahkan ke arah positif. Salah satunya, saya pikir mempertemukan semua
pihak suporter dan didudukkan bersama agar kejadian ini tidak
terulang,’’ jelas Andi.
Sementara belum ada
tanggapan pihak Curva Nord. Pembina kelompok suporter yang memasuki
tahun kedua berdiri, Amer Hamzah atau pucuk pimpinan suporter seperti
Amin dan Indra Sadeq belum berhasil dihubungi hingga kemarin. Saat
dihubungi nomor telepon ketiganya tidak ada yang
aktif.
Suporter Padang dan Medan Prihatin
Tewasnya
seorang suporter Asykar Theking sangat disesalkan banyak pihak.
Keprihatinan juga dilontarkan kelompok suporter dari Medan, Suporter
Medan Cinta Kinantan (SmeCK ) Hooligan.
Ketua Umum SmeCK
Hooligan, Wahyudinata Simangunsong menyesalkan bentrokan itu bisa
terjadi dan menyebabkan kematian. ‘’Itu sangat kami sesalkan. Dua
kelompok suporter itu merupakan teman-teman dari kita. Perpecahan itu
memang menimbulkan potensi kerusuhan yang besar. Apalagi banyak anggota
merupakan anak-anak yang sulit dikontrol secara keseluruhan,’’ katanya.
Nata,
sapaan akrabnya tak membantah jika potensi itu bisa muncul pada
kelompoknya. Karena itu, ia mewanti-wanti hal itu terjadi. Salah satunya
dengan jarak dukungan yang tidak dekat ke Lubuk Pakam untuk mendukung
PSMS.
‘’SMeCK juga melihat itu. Kami berhati-hati dengan
dukungan ke Pakam ini. Sama dengan mereka (suporter PSPS, red) yang
cukup jauh mendukung ke Kampar. Potensi rusuh itu bisa terjadi juga di
jalanan,’’ jelasnya.
Nata juga berharap panitia penyelenggara
berperan aktif untuk mengawasi tindakan suporter di stadion. ‘’Harusnya
memang ada peran Panpel terutama saat pertandingan di stadion. Tidak
mungkin pengurus suporter mengawasi sendirian. Apalagi kalau hanya KTA
sampai sebatas mana bentuk pertanggung jawabannya. Jadi harusnya Panpel
bisa mengakomodir,’’ bebernya.
Kelompok suporter Semen Padang,
The Kmers, melalui Sekjen Teddy Arlan juga menyampaikan duka yang
mendalam atas bentrokan antar pendukung PSPS yang berujung maut. ‘’Kami
sangat berduka dengan meninggalnya salah seorang suporter dalam
pertandingan PSPS versu Persepam kemarin. Mestinya hal ini tak perlu
terjadi,’’ ujarnya.
Sekarang, sebut Teddt, bukan zamnnya lagi
perseteruan antar suporter. Ia mengajak justruk menikmati pertandingan.
Jangan adu otot, sebaliknya kedepankan adu kreatifitas. Atas nama The
Kmers, Teddy mengajak suporter PSPS untuk selalu damai.
‘’Boleh
berbeda kelompok, tapi damai. Kami menyadari, suporter ataupun fans tim
sepakbola, banyak dari anak muda, yang perlu arahan. Kami juga berharap,
pembina suporter selalu memberi arahan pada anggotanya,’’ paparnya.
Wakil
Ketua Umum The Jakmania, Richard mengaku prihatin dengan insiden
jatuhnya korban dari kalangan suporter PSPS Pekanbaru dua hari lalu.
Apalagi persoalan yang terjadi dikabarkan masih antar sesama suporter
PSPS yang bermula dari saling ejek saat dalam perjalanan menyaksikan
pertandingan sepak bola.
Richard sendiri mengingatkan
organisasi-organisasi suporter bola tanah air untuk waspada terhadap
upaya-upaya memecah belah organisasi suporter oleh pihak-pihak tidak
bertanggung jawab, yang menurutnya sengaja menciptakan perpecahan.
‘’Kami
turut prihatin dan berduka. Saya sendiri menilai, saat ini kita
(organisasi supporter, red) jadi korban oleh kepentingan-kepentingan
pihak tertentu. Kita dipecah belah dengan persoalan yang sengaja
diciptakan permusuhan,” kata Richard dikonfirmasi di Jakarta,
Selasa (12/3) malam.
Karena itu, dia mengingatkan pentingnya
peran dan ketegasan pimpinan organisasi supporter dalam menata
keanggotaan organisasinya. Seperti The Jakmania sendiri, lanjutnya,
selalu mengintensifkan konsolidasi melalui momen musyawarah besar.
“Dalam
konsolidasi itu banyak hal kita bahas. Terutama mengenai tata tertib
organisasi, sehingga anggota organisasi bisa satu komando,” ungkap
mantan Sekjen The Jakmania itu.
Kembali pada insiden tewasnya
supporter PSPS. Richard menilai, jika memang pengeroyokan tersebut
dilakukan oleh sesama suporter PSPS tapi beda kelompok, bisa jadi ada
kelompok-kelompok yang tidak puas dengan organisasi PSPS, apakah itu
pimpinan atau jajaran pengurus lainnya,
Seharusnya, kata Richard,
kepengurusan organisasi suporter di daerah harus berperan aktif dalam
melakukan konsoilidasi organisasi. Sehingga ketika ada persoalan seperti
perpecahan anggota, bisa segera dirangkul dan dicari permasalahannya
agar tidak muncul gesekan-gesekan yang dapat berakibat buruk bagi
organisasi.(dg)