elaksanaan Indonesia Premier League musim 2011/2012 makin tidak jelas. Setelah sejumlah klub menyatakan menolak bermain, kini pengurus PSSI sendiri yang ragu jika liga itu akan tetap berjalan.
Pemberian enam tiket promosi gratis bagi sejumlah tim eks LPI, dinilai sebagai sikap yang jauh dari fair play. Karena itu, sejumlah anggota Komite Eksekutif berencana menggulirkan agenda rapat untuk kembali meninjau ulang IPL.
“Kita akan segera gelar rapat anggota Komite Eksekutif untuk membahas soal itu. Semua ribut-ribut ini akibat keputusan soal enam klub yang dari awal sudah saya prediksi akan bermasalah,” ujar anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Toni Apriliani, ketika dijumpai di sela-sela drawing SEA Games, Kamis (20/10)
Toni memandang PSSI sejatinya bisa menghindari konflik asalkan berpegang teguh pada aturan. Pria yang juga Wakil Ketua Komite Kompetisi ini mengaku sejak awal dirinya hanya mendukung 18 klub sebagai peserta kompetisi. Dia pun akan menjalan komunikasi dengan anggota Exco yang lain untuk coba mengembalikan kompetisi pada aturan awal.
Rencana exco untuk menggelar rapat diprediksi akan menjadi ajang pertarungan antarkubu di jajaran teras PSSI. Seperti diketahui, Ketua Komite Kompetisi, Sihar Sitorus, menjadi motor dari kubu pro-24 klub di Exco. Dia mendapat dukungan penuh dari Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, serta Wakilnya, Farid Rahman.
Sedangkan Toni masuk dalam kubu pro-18 klub yang digalang Ketua Komite Hukum PSSI, La Nyala Mataliti. La Nyala bahkan telah menjalin komunikasi dengan sejumlah klub eks Liga Super Indonesia untuk mempersiapkan kompetisi tandingan. “Kompetisi yang sah ya tetap ISL. Kalau IPL itu ilegal. Kalau tetap diputar, saya akan laporkan masalah ini ke FIFA,” ujar La Nyala dalam sebuah kesempatan.
Klub peserta liga pun terpecah dalam dua gerbong besar, yakni kubu 14 klub (K-14) yang pro-ISL melawan kubu beranggotakan 10 klub (K-10) yang pro-IPL. Kedua kubu sama-sama dimotori klub asal Kalimantan Timur, yakni Persisam Putra Samarinda (K-14) dan Bontang FC (K-10).
Pemberian enam tiket promosi gratis bagi sejumlah tim eks LPI, dinilai sebagai sikap yang jauh dari fair play. Karena itu, sejumlah anggota Komite Eksekutif berencana menggulirkan agenda rapat untuk kembali meninjau ulang IPL.
“Kita akan segera gelar rapat anggota Komite Eksekutif untuk membahas soal itu. Semua ribut-ribut ini akibat keputusan soal enam klub yang dari awal sudah saya prediksi akan bermasalah,” ujar anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Toni Apriliani, ketika dijumpai di sela-sela drawing SEA Games, Kamis (20/10)
Toni memandang PSSI sejatinya bisa menghindari konflik asalkan berpegang teguh pada aturan. Pria yang juga Wakil Ketua Komite Kompetisi ini mengaku sejak awal dirinya hanya mendukung 18 klub sebagai peserta kompetisi. Dia pun akan menjalan komunikasi dengan anggota Exco yang lain untuk coba mengembalikan kompetisi pada aturan awal.
Rencana exco untuk menggelar rapat diprediksi akan menjadi ajang pertarungan antarkubu di jajaran teras PSSI. Seperti diketahui, Ketua Komite Kompetisi, Sihar Sitorus, menjadi motor dari kubu pro-24 klub di Exco. Dia mendapat dukungan penuh dari Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, serta Wakilnya, Farid Rahman.
Sedangkan Toni masuk dalam kubu pro-18 klub yang digalang Ketua Komite Hukum PSSI, La Nyala Mataliti. La Nyala bahkan telah menjalin komunikasi dengan sejumlah klub eks Liga Super Indonesia untuk mempersiapkan kompetisi tandingan. “Kompetisi yang sah ya tetap ISL. Kalau IPL itu ilegal. Kalau tetap diputar, saya akan laporkan masalah ini ke FIFA,” ujar La Nyala dalam sebuah kesempatan.
Klub peserta liga pun terpecah dalam dua gerbong besar, yakni kubu 14 klub (K-14) yang pro-ISL melawan kubu beranggotakan 10 klub (K-10) yang pro-IPL. Kedua kubu sama-sama dimotori klub asal Kalimantan Timur, yakni Persisam Putra Samarinda (K-14) dan Bontang FC (K-10).