Bhio Paulin adalah salah seorang bek papan atas di Indonesia Super League (ISL). Pemain asal Kamerun itu berperan membawa Persipura berkibar. Tapi, di balik sosok garangnya tersebut, Bhio menyimpan kisah menarik.
SANGAT mudah mengenali Bhio Paulin. Dengan tubuh kekar dan tinggi, Bhio semakin menonjol dengan gaya rambut uniknya, dreadlocks rasta (gimbal, Red) yang dikepang dua. Apalagi, di dalam lapangan, dia adalah bek yang lugas dan membuat para penyerang lawan keder.
Tapi, di luar lapangan, pemain bertinggi 185 sentimeter itu adalah sosok yang sangat berbeda. Pemain kelahiran Nanga Eboko, Kamerun, 15 April 1984, tersebut sangat ramah. Pesepak bola bernama asli Paulin Pierre Bhio itu juga tak segan meladeni semua pertanyaan.
Bhio menceritakan, awal dirinya bermain di orbital sepak bola nasional karena diajak Maboang Kessack, mantan pemain yang menjadi agen setelah pensiun. Bhio bilang, dirinya menerima tawaran itu karena ingin mencari tantangan di luar Kamerun. Klub pertama yang ditujunya adalah Mitra Kukar pada Divisi Utama musim 2007-2008.
Ketika itu, yang membesut Kukar adalah Ivan Kolev yang juga pernah melatih tim nasional PSSI. "Kolev sangat berjasa bagi saya. Dialah yang mengenalkan saya pada sepak bola Indonesia. Dia juga yang membawa saya ke Persipura," ungkapnya saat ditemui di Hotel Bandara, tempat tim Persipura menginap.
Bhio menuturkan, Kolev lebih dari sekadar pelatih. Pelatih asal Bulgaria itu sudah seperti keluarga sendiri yang selalu memberikan motivasi. Bhio berkisah, pernah suatu saat dirinya merasa permainannya sudah menurun dan ingin pergi dari Indonesia.
"Dia yakin dengan kemampuan saya dan merasa saya bisa menjadi pemain papan atas di Indonesia. Karena motivasi dari Kolev, saya tertantang untuk membuktikan, dan akhirnya seperti inilah saya sekarang," ungkapnya.
Karena Kolev adalah sosok yang spesial, sampai saat ini pun, Bhio masih berkomunikasi dengan Kolev -kendati saat ini Kolev sudah kembali ke kampung halamannya di Bulgaria. Selain membantu di lapangan, menurut pemain bernomor punggung 45 itu, Kolev banyak membantunya untuk beradaptasi.
Dia menuturkan, butuh waktu sampai cukup lama untuk menyesuaikan diri dengan Indonesia. Bahasa dan makanan adalah hal yang paling sulit untuk disesuaikan. "Paling tidak, saya butuh setahun untuk menyesuaikan diri. Termasuk untuk mempelajari bahasa Indonesia," ujar pemain yang saat ini sudah fasih berbahasa Indonesia tersebut.
Ada hal unik yang diceritakannya yang berkaitan dengan proses adaptasinya di Indonesia. Dia mengungkapkan baru tahu bahwa di Indonesia ada sebuah daerah yang dihuni warga berkulit hitam seperti dirinya setelah bermain di Persipura. Sebab, di Divisi Utama edisi terakhir, Kukar dan Persipura tak satu grup sehingga belum pernah bertemu.
Saat ini dia sudah cukup nyaman berada di Indonesia. Bahkan, tandem Jack Komboy di pertahanan Persipura itu sudah membeli sebuah rumah di Tangerang, Banten. Setiap ada libur seminggu atau lebih, dia berusaha pulang ke Tangerang.
Sayang, masih belum ada wanita yang mendampinginya untuk merawat rumah itu. Setelah sekian lama berada di Indonesia, dia mendambakan seorang gadis Indonesia untuk dipersunting sebagai pendamping hidup. (diq)