Share |

Terkait Suporter Tewas , Asykar Theking dan Curva Nord Saling Tuduh

cerita tentang kerusuhan sesama suporter PSPS yang terjadi pada Minggu (10/2) lalu menjadi bahan pembicaraan utama di runmah duka, almarhum Tegar Syahputra Agara, korban tewas kerusuhan tersebut. Siapa yang memulai kerusuhan pun, kedua kelompok suporter, Asykar Theking dan Curva Nord saling tuduh.

Dirumah duka, para suporter PSPS dari Asykar Theking bercerita bahwa pihak lawanlah yang memulai cekcok. Sehingga muncul keributan yang memakan korban jiwa.

Bahkan pihak Asykar Theking menilai, keributan sepertinya sudah direncanakan. Tudingan ini disebabkan dari peralatan yang digunakan oleh pihak lawan dalam bentrok tersebut.

"Dari informasi yang kami dapat dari para korban, mereka (Curva Nord) pakai samurai, stick golf. Kayu broti mereka pun tiba - tiba langsung banyak. Darimana dapat kayu broti langsung banyak kalau tidak direncanakan. Bahkan ada yang mau ditusuk pakai samurai, tadi dilerai yang lain," kata Pugu, kelompok Asykar Theking.

Pihak Curva Nord jelas tidak mau dipermasalahkan. Dua pentolannya yang diwawancari lewat telepon yang meminta namanya tidak disebutkan jelas membantah.

"Bukan kami yang memulai duluan. Mereka yang memulai duluan," kata seorang pentolan Curva Nord.

Dikatakannya, pihaknya diganggu oleh kelompok Asykar Theking duluan. Saling ejek - ejek terjadi di SPBU, dekat perbatasan Pemkab Kampar - Pemko Pekanbaru. Setelah itu, kelompok Asykar Theking menuju Bangkinang dan bertemu dengan kelompok Curva Nord yang didepan. Keribuitan terjadi saat itu. Lempar - lempar batu terjadi.

"Kalah jumlah, kelompok kami lari ke semak - semak. Saya saat itu sudah berada di stadion untuk pesan tiket. Tiket yang kami pesan untuk 300 orang," ujarnya.

Namun, sang pentolan tersebut membantah kalau keributan ini direncanakan. Adanya bawa peralatan berupa stick golf dan pedang samurai juga dibantah keras sang pentolan. Bahkan pentolan satu lagi juga membantahnya,

"Itu tidak benar. Tidak ada kami rencanakan. Itu pembohongan namanya. Kalau Samurai dan stick golf saya pastikan tidak ada.  Kalau dibilang kayu broti bayak, pagar - pagar rumah penduduk itu yang kami cabuti. Tanyalah ke masyarakat dekat Polsek Tambang itu. Mereka yang tahu persis kejadiannya," kata sang pentolan yang beberapa kali meminta namanya jangan disebutkan.

Sang pentolan juga mengatakan, bila memang terbukti, silahkan diproses secara hukum. Pihaknya juga siap membantu pihak kepolisian.

Apakah benar anggota Curva Nord yang melakukan keributan yang menyebabkan adanya korban jiwa? "Kalau itu belum bisa saya pastikan. Sebab di komunitas kita ada dua bagian, ada yang anggota ada yang pengikut saja tapi tidak angggota," ujarnya mencoba mengelak.

Mengenai nasib Curva Nord kedepan, sang pentolan mengatakan belum mengetahui secara pasti. Bila dibubarkan, mereka terima saja. Namun bila dibubarkan, kelompok suporter lain akan muncul.

Di dalam Curva Nord ini sendiri tidak ada ketua. Yang ada hanya pentolan - pentolannnya dan pembina organisasi. Sang pembinan Curva Nor Amer Hamzah belum bisa dikonfirmasi. Tiga nomor teleponnnya yang dihubungi  tidak aktif. Pria yang akrab disebut Daeng itu dikabarkan sedang keluar kota.

Kelompok suporter Curva Nord ini sendiri masih baru seumur jagung. Dibentuk pada 15 Januari tahun lalu, anggota terbilang cukup banyak.

Namun perselisihannya dengan Asykar Theking bukan kali ini saja. Tercatat sudah tiga kali bentrok fisik. Pertama di lapangan sepakbola Chevron saat PSPS sedang melakukan ujicoba dengan Rumbai FC. Kejadian tersebut terjadi sekitar Desember tahun lalu, keributan terjadi kala itu.

Keributan kedua pecah kala PSPS melakoni laga perdana di ISL musim ini, 5 Januari lalu kala menjamu Mitra Kukar. Sesuai pertandingan bentrokan terjadi di dalam stadion. Bentrok berlanjut di luar stadion. Nah kejadian yang memakan korban ini merupakan kejadian yang ketiga.

Terlepas dari itu, ketua umum Asykar Theking Nasrul SH mengatakan kejadian ini bukanlah yang diharapkan. Ia pun berharap kejadian yang merengut jiwa ini yang pertama dan terakhir kalinya.

"Saya harapkan inilah yang pertama dan terakhir kalinya. caranya tidak seperti ini membela sebuah club bola," ujanrnya.

Kedepan, harap Nasrul, pihak PSPS mengkoordinir seluruh kelompok suporter yang ada. Menurutnya, semakin banyak suporter semakin tidak masalah, hanya saja asal semuanya untuk kebaikan. "Jangan ada lagi balas dendam setelah kejadian ini," harap Nasrul. (*)
Share on Google Plus

About 12paz