
Musim ini permasalahan finasial pun
mencuat ke permukaan. Pemain PSPS mengancam bakal mogok bertanding.
Para pemain tidak akan berangkat ke Jakarta untuk melakoni laga away
perdana musim ini kala menantang Persija Jakarta.
Penyebab
munculnya ancaman mogok ini dikarenakan gaji yang tersendat serta uang
muka (DP) 15 persen dari kontrak belum seluruhnya diterima pemain. Gaji
musim ini saja belum ada yang diterima pemain.
''Kalau memang
sampai batas waktu, DP kontrak sebesar 15 persen tidak dibayar kami
semua mogok,'' sebut kapten tim Ambrizal, saat ditemui di mess PSPS,
Senin lalu (21/1). Hal ini pun dibenarkan beberapa pemain lainnya.
Para
pemain memberikan batas waktu kepada manajemen PSPS hingga tanggal 24
Januari nanti untuk segera melunasi hak - hak pemain sesuai dengan
kointrak tersebut. Bila tidak ada pembayaran, maka para pemain tidak
akan mau berangkat ke Jakarta untuk melakoni laga away.
Ancaman
para pemain PSPS tersebut diutarakan kepada manajemen PSPS pada
pertemuan Rabu malam pekan lalu (16/1). Diceritakan, manajer PSPS Boy
Sabirin hadir dalam pertemuan tersebut. Boy pun bakal berusaha untuk
memenuhi tuntutan para pemain.
Pelatih kepala PSPS Mundari Karya
pun membernarkan keadaan tersebut. Ada ancaman mogok dari pemain bila
manajemen tidak memenuhi tuntutan para pemain.
''Terkait DP
kontrak musim ini serta gaji yang belum ada diterima musim ini. Para
pemain sudah berkomitmen tidak mau berangkat menjalani laga away jika
manajemen tidak memenuhi janjinya sampai tanggal 24 Januari,'' kata
Mundari.
Aksi mogok sebenarnya sudah terjadi pada latihan rutin.
Selepas libur latihan usai ditahan imbang Persisam, para skuad PSPS
ternyata tidak menjalani latihan. Rencananya Rabu sore pekan lalu (16/1)
latihan sudah mulai digelar, tapi batal. Kamis pagi, esok harinya,
latihan juga batal. Setelah dibujuk, pemain baru mau latihan pada Kamis
sore.
Sebenarnya, para pemain sudah menerima sejumlah uang dari
manajemen. Namun besaran yang diterima tidaklah sesuai dengan sesuai
dengan yang ada di kontrak. Jumlah yang diterima pemain bervariasi yakni
ada Rp 10 juta dan jumlah lainnya. Dana ini berupa pinjaman dari
manajement.
"Kalau soal uang muka itu ada yang bervariasi. Setiap
pemain berbeda. Ada terima Rp 10 juta. Ada juga Rp 5 juta," Mundari
menjelaskan.
Tuntutan ini dilakukan agar kejadian musim lalu
tidak terulang. Jangan sampai para pemain PSPS menjadi korban untuk
kedua kalinya dengan keadaan PSPS seperti ini.
Seperti diketahui,
musim lalu PSPS menunggak gaji pemain. Rilis Asosiasi Pemain
Propesional Indonesia (APPI) PSPS menunggak 10 bulan. Manajemen PSPS
menyebut gaji yang tertunggak hanya 7 bulan. Hingga akhirnya utang musim
lalu diambil ahli PT. Liga Indonesia dengan menggunakan dana subsidi
untuk PSPS musim ini.
"Jangan sampai terulang lagi musim lalu
dengan musim sekarang. Kalau ngak ada uang, ya ngomong. Biar kita
sampaikan ke masyarakat. Biar tau keadaannya. Pihak - pihak terkait pun
bisa membantu," harap Mundari.
Manager PSPS Boy Sabirin sendiri
belum bisa dikonfirmasi atas ancaman mogok pemain PSPS. Ketika telepon
selulernya dihubungi wartawan, Selasa (22/1) Boy tak menjawab penggilan
telepon. Begitu juga dengan pesan singkat yang dikirimkan wartawan untuk
sekedar konfirmasi, juga tak berbalas.
Beberapa pemain sendiri
sebenarnya berterimkasih kepada Boy Sabirin terlepas dari kekurangannya.
Sebab selama ini yang Boy Sabirin yang mau mendengar keluhan pemain.
"Hanya
bang Boy yang datang menemui kami di mess ini. Sepertnya cuma dia (Boy)
yang peduli yang mau menerima keluhan kita. Pengurus lain tak pernah
nampak. Makanya kita berharap dapat solusinya dan kita bisa melanjutkan
kompetisi musim ini," harap Ambrizal.
Sekedar tambahan, gaji
musim lalu PSPs sendiri belum tuntas dibayarkan PT. LI. Sejauh ini baru
gaji satu bulan yang dibayarkan. Secara keseluruhan ada sebesar Rp 5,5
gaji pemain PSPS musim lalu yang tertunggak. Inilah yang akan dilunasi
PT. LI.
Musim ini PSPS memang kesulitan dalam financial. Sejauh
ini, belum ada tanda - tanda sponsor yang akan membantu pembiayaan PSPS
musim ini. (*)