Para perwakilan anggota pemilik suara di Kongres Solo 2011
menolak niatan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo, untuk
melibatkan dua figur di luar PSSI dalam penyelesaian konflik organisasi
sepak bola nasional tersebut.
Sebelumnya, Menpora yakin
bisa menemukan jalan keluar dari konflik organisasional yang telah
berlangsung tahunan ini dengan menemui Arifin Panigoro, figur yang
disebut-sebut berada di belakang PSSI versi Djohar Arifin Husin, dan
Nirwan Dermawan Bakrie, tokoh yang dianggap berpengaruh terhadap PSSI
versi La Nyalla Mattalitti.
AFC sendiri sudah memberikan panduan
penyelesaian konflik tersebut, diantaranya dengan menggelar kongres
dengan anggota merujuk pada Kongres Luar Biasa (KLB) Solo 2011, yang
mengangkat Djohar Arifin Husin sebagai ketua umum PSSI.
“Kami
mengklarifikasi bahwa pertikaian di PSSI selama ini bukanlah pertikaian
antara Arifin Panigoro dan Nirwan D Bakrie, tapi masalahnya antara
Djohar Arifin dan para anggota PSSI. Djohar sudah tidak legitimasi dan
tidak memiliki anggota yang sah,” ujar perwakilan 87 voter Solo,
Harbiansyah Hanafiah kepada wartawan di Jakarta, Rabu (23/1).
Sebanyak
87 anggota dari total 101 anggota pemilik suara yang diundang pada KLB
Solo, serta mayoritas anggota PSSI lainnya yang tak memiliki hak suara,
berbalik mengeluarkan mosi tidak percaya kepada Djohar karena kecewa
dengan kepemimpinan pria asal Tanjung Pura itu. Para pemilik suara ini
kemudian kembali menggelar Kongres Luar Biasa di Ancol pada 2012, yang
mengangkat La Nyalla sebagai ketua umum.
Sesuai Statuta FIFA,
kekuasaan tertinggi sebuah organisasi sepak bola nasional terletak pada
anggotanya lewat kongres, karena itu, FIFA melalui AFC meminta PSSI
kembali menggelar kongres. KLB Solo menjadi rujukan karena itu adalah
kongres terakhir PSSI yang diakui oleh FIFA.
“Yang berdaulat
adalah kami para anggota yang sah, yaitu klub-klub dan pengprov
(pengurus PSSI tingkat provinsi). Siapa pun kalau memang bersalah, maka
kamilah (anggota) yang berhak melakukan pembenahan,” ia menambahkan.
“Kalau
sampai FIFA menjatuhkan sanksi, yang sulit adalah klub, karena klub
akan menjadi sulit mencari sponsor maupun mendapatkan ijin
pertandingan,” katanya.
Harbiansyah, yang baru saja menemui ketua
Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan mantan ketua umum Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI), Rita Subowo, mengaku mendapat tanggapan
positif dari Rita terkait aspirasi yang mereka suarakan.
“Saya
dulu pernah menjadi Ketua KONI Kaltim, sehingga Ibu Rita cukup mengenal
kami. Tetapi Ibu Rita pun bersikap netral terhadap masalah ini,”
Harbiansyah menjelaskan.
Kami ingatkan, bahwa Djohar Arifin hanya
pengurus, bukan pemilik PSSI. Yang pemilik adalah kami (anggota), dan
pengurus PSSI yang kami akui adalah PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti
sesuai hasil Kongres Luar Biasa. Itu adalah ketua umum yang sah,”
paparnya.
AFC lewat presidennya, Zhang Jilong, yang berkunjung ke
Indonesia awal Januari 2013, telah meminta KOI untuk menjadi pembimbing
kedua kubu menuju rekonsiliasi sesuai dengan MoU yang telah
ditandatangani kedua kubu, termasuk menggelar kongres yang merujuk pada
KLB Solo 2011.(er)