Status home perdana Persija Jakarta digantung. Bukan hanya tata waktu, venue pertandingan Macan Kemayoran pun berpotensi mengalami revisi.
Persija belum mendapatkan status home saat menjamu Persela Lamongan, Sabtu (16/10). Laga tersebut seharusnya digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).Namun,kepastian status laga tersebut menjadi kabur. SUGBK sehari berikutnya akan dipakai menggelar Festival Perdamaian Global yang dihadiri Presiden Republik Indonesia (RI) Susilo BambangYudhoyono. Asisten Manajer Persija Ferry Indra Syarief mengungkapkan, Stadion Soemantri Brodjonegoro akan diajukan sebagai alternatif venue. Hal itu dilakukan bila gagal mendapatkan izin menggelar laga di SUGBK dengan tata waktu sama.
Pilihan itu dilontarkan Ferry mengingat Stadion Soemantri Brodjonegoro dinilai lebih representatif ketimbang stadion-stadion lainnya di Jakarta. ’’SUGBK sudah tidak bisa dipakai sesuai agenda. Kami ingin bermain di Soemantri, kalau SUGBK tidak bisa. Tapi, itu juga dengan catatan tidak ada perubahan jadwal. Persija tidak mungkin bermain di Stadion Lebak Bulus karena kondisi lapangan tidak memungkinkan,’’ ungkap Ferry kemarin. Stadion Soemantri Brodjonegoro musim lalu digunakan Persitara Jakarta Utara sebagai home ground. Itu imbas kegagalan mendapatkan izin dari pengelola Stadion Lebak Bulus. Penunjukan venuetersebut saat itu sebenarnya agak dipaksakan. Kapasitas stadion sangat kecil.
Ketersediaan ruangan pendukung sangat di bawah standar. Penerangan stadion juga sangat minim karena hanya berkekuatan 600 luv. Ferry menambahkan, Persija berharap tata waktu kick-off home tersebut direvisi dua hari lebih awal. Laga nantinya tetap digelar dengan penonton. ’’Kalau tetap digelar di SUGBK, laga dimajukan menjadi Kamis (14/10). Kami sudah mengirimkan permintaan itu.Tapi,Persija tetap ingin bermain di Soemantri kalau tidak ada perubahan jadwal,nantinya tetap menyertakan penonton. Teknisnya akan dibicarakan lebih lanjut dan Jakmaniapasti mengerti karena keterbatasan kapasitas stadion,’’ tutur Ferry. Seandainya laga digelar tanpa penonton,risiko penalti harus diterima Liga.
Mereka harus membayar Rp100 juta kepada sponsor utama ISL. Pada ISL 2009/2010 sponsor sudah memberikan toleransi laga tanpa penonton maksimal berjumlah 5% dari total 308 laga. Bila melewati batas yang ditetapkan,denda uang juga akan diberlakukan. Musim lalu sponsor mengklaim jumlah laga tanpa penonton berjumlah 14. CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono menyatakan,kepastian status home Persija akan ditetapkan pada Selasa (5/10). ’’Laga itu menjadi krusial karena sehari sesudahnya dipakai untuk agenda lain.Semua akan diputuskan pada Selasa (5/10). Bagaimanapun, sehari sebelumnya kami harus mendapatkan kepastian status izin dari Persija,’’ ungkap Joko.
Liga sudah menyiapkan beberapa skenario bila Persija gagal menggelar home pertama musim ini di SUGBK. Opsi pertama, memindahkan venue ke Stadion Lebak Bulus dengan tata waktu sama. Alternatif lain adalah mengevakuasi home itu ke Stadion Manahan, Solo, dengan penyelenggaraan laga diambil alih sepenuhnya oleh Liga. Sebelumnya tiga buffer stadium disiapkan guna mengantisipasi problem perizinan, yakni Stadion Manahan, Stadion Jati Diri (Semarang), dan Stadion Gajayana (Malang).Solusi lain adalah melakukan penjadwalan ulang. ’’Opsi bermain di Lebak Bulus cukup ideal. Tapi kalau memang tidak bisa, laga digelar di Solo. Penyelenggaraan laga diambil alih sepenuhnya oleh kami.
Hal ini juga pernah kami lakukan atas beberapa home Persija pada musim sebelumnya,’’ tutur Joko. Yang pasti, meski ingin segera turun lapangan di partai home, Persija memang harus bersabar menanti kepastian. (wahyu argia)