
PT Liga Indonesia (Liga) mencoret status direktur teknik (dirtek) mayoritas klub Indonesia Super League (ISL) 2010/2011. Klub diminta tidak memaksakan status dirtek.
Lebih dari setengah klub ISL 2010/2011 tetap menyertakan nama dirtek.Mereka adalah PSPS Pekanbaru, Persema Malang, Persijap Jepara, Persiba Balikpapan, PSM Makassar,Persipura Jayapura,Persiwa Wamena, Semen Padang,Persibo Bojonegoro,dan Pelita Jaya. Sebelumnya Liga menetapkan regulasi bahwa seorang dirtek harus memiliki lisensi AFC Pro. Sebab, tanggung jawabnya lebih luas.Bukan hanya menyangkut tim senior,dirtek juga membawahi tim junior dan lebih menitikberatkan pada proses pembinaan.
Sekretaris PT Liga Indonesia Tigor Shalomboboy mengatakan, dirtek yang diajukan klub tidak sesuai regulasi. Imbasnya, Liga tidak bisa mengesahkan keberadaan mereka. Sebab, elemen pelaku sepak bola Indonesia belum memiliki lisensi AFC Pro. ”Kami terpaksa mencoret nama dirtek yang diajukan klub. Nama dirtek yang diajukan tidak punya latar belakang kepelatihan,apalagi berlisensi AFC Pro.Kalau tidak ada nama yang layak, sebaiknya dikosongkan saja.
Toh itu tidak berpengaruh terhadap lisensi profesional mereka,”kata Tigor kemarin. Jasa dirtek klub sebenarnya sudah dipakai sejak musim sebelumnya. Saat itu,klub pemakai jasa dirtek adalah Persija Jakarta, PSM,Persela Lamongan,Persebaya Surabaya, Persiba,dan Persiwa.
Klub memberikan status dirtek hanya untuk mengelabui regulasi. Persija sempat menempatkan Pelatih Benny ’Bendol’ Dollo sebagai dirtek. Solusi atas status Bendol yang saat itu masih menangani timnas. Tugas Bendol juga lebih terkonsetrasi menyiapkan teknis tim senior yang merumput di ISL.Padahal, saat itu Liga memberi nilai merah pembinaan usia muda klub berjuluk Macan Kemayoran.
Hal sama dilakukan Persiba. Klub berjuluk Beruang Madu tersebut mengontrak Pelatih Daniel Roekito sebagai dirtek karena lisensinya bukan A AFC.Klubtetapmenunjuk nama lain,Haryadi, sebagai pelatih kepala,meski kebijakan teknis tetap di bawah kendali Daniel.Kebijakan serupa dilakukan Persiwa, meski Persela dan Persebaya lebih didasari rasa kemanusiaan.
”Beberapa klub yang semula memakai dirtek dengan latar belakangtakjelas. Tapi,merekatampaknya menyadari kesalahannya. Saat mendaftar, mereka sudah mengosongkan status dirtek,”lanjutnya. Sebelum pendaftaran keikutsertaan di ISL 2010/2011,beberapa klub sempat mendeklarasikan nama yang berstatus dirtek. Sriwijaya FC (SFC) sempat menunjuk Hendri Zaenuddin sebagai dirtek, meski akhirnya tetap berstatus manajer.
Persela memasukkan nama Muji Santoso sebagai dirtek klub menggantikan tanggung jawab yang ditinggalkan Pelatih M Basri. ”Persija juga sebenarnya sempat memasukkan nama Pelatih Oyong Liza sebagai dirtek.Tapi,kemudian tidak jadi.Bagaimanapun, mencari pemilik lisensi AFC Pro di sini sangat sulit,”cetus Tigor. Mengacupadakomposisipelatih ISL, hanya dua nama yang berhak menduduki posisi dirtek klub.
Merekayangmengantongilisensi AFCPro atau setara itu adalah Pelatih Arema Malang Miroslav Janu dan Pelatih Pelita Jaya Fandi Ahmad. Namun, status Fandi bersama The Young Guns masih samar lantaran kontraknya akan selesai akhir bulan ini. ”Ada tujuh klub yang saat mendaftar tidak memasukkan nama dirtek.
Mereka tampaknya sudah mengerti dengan aturan yang ada. Kami masih menunggu sikap Deltras Sidoarjo.Sebab,mereka baru sekadar mendaftar, tapi belum memasukkan nama pelatih, dirtek, atau ofisial lainnya,”tandasnya. (wahyu argia)