
AKSI tak terpuji suporter dan official Persiwa Wamena tampaknya bukan seratus persen salah mereka, aktor dibalik beringasnya suporter Persiwa Wamena malam tadi justru dimulakan manajer tim mereka sendiri. Ya, John Banua, manajer yang juga Wakil Bupati Wamena itu terlihat menjadi biang keladi pecahnya kerusuhan.
Stadion yang bernama Pendidikan tampaknya tak terlalu berpengaruh terhadap mental dan sifat petinggi daerah yang berada di 2000-3000 dari permukaan laut itu. Kejadian penyerangan kepada pemain Persisam, berawal ketika Persiwa mendapat tendangan bebas dari sisi kiri pertahanan Persisam. Namun tendangan bebas itu hanya mengenai jala kiri gawang Persisam yang dikawal Mukti Ali Raja. Anehnya, wasit Jerry Elli menganggap tendangan itu sebuah gol. Padahal bola jelas berada di luar gawang. Kontan Persiwa pun bersorak sorai.
Pemain Persisam langsung melakukan protes kepada wasit termasuk hakim garis. Agus pun ikut memprotes kepemimpinan wasit. Tiba-tiba saja Manajer Persiwa John Banua, langsung masuk ke lapangan diikuti suporter lalu memukuli hampir semua pemain. Saat itu pemain tim Pesut Mahakam hanya mampu menghindari amukan ofisial dan suporter hingga keributan diredam aparat keamanan.
Agus lantas meminta kepada pengawas pertandingan agar laga dihentikan di menit 80. Namun untuk menghindari sanksi dari PSSI, dengan wajah lebam dan berdarah-darah, pemain Persisam tetap melanjutkan pertandingan sejenak. "Kami masuk sebentar dan langsung minta pertandingan dihentikan," jelas Agus dengan nada emosi.
Persisam pun dinyatakan kalah 0-1. Padahal sebelum kerusuhan, Pipat Thonkaya dkk mampu meredam serangan tuan rumah. Menanggapi hal itu, presiden suporter Persisam, Pusamania pun langsung angkat bicara. Sama seperti yang dirasakan GM Persisam, Tommy Ermanto yang juga ketua Asoasiasi Suporter Kaltim mengutuk dengan keras tindakan penganiayaan yang dialami tim Pesut Mahakam di Wamena.
Apalagi menurutnya aksi kekerasan itu juga dilakukan seorang manajer yang seharusnya melerai dan menjadi penengah untuk meredam tindakan kekerasan. "Apakah disana tak pernah tahu semboyan Bhinneka Tunggal Ika, hanya manajer yang berwatak primitif yang seperti itu," sahutnya.
Tommy juga menjelaskan saat putaran pertama lalu di Samarinda, tak ada permasalahan yang dialami Persiwa. "Waktu mereka kesini kami sambut dengan baik, bahkan waktu pertandingan di saat mereka unggul 2-0, kita tahu suporter tuan rumah malah bernyanyi memberikan dukungan kepada Persiwa. Mereka pasti ingat itu, tapi apa yang mereka lakukan malam tadi adalah tindakan paling bodoh di sepakbola," ungkapnya dengan nada tinggi.
Selain itu, Tommy juga memgingatkan kepada tim ISL yang masih mempunyai jadwal tandang ke kota Wamena agar berpikir seribu kali untuk berangkat ke kota Wamena. Pertimbangannya jelas, selain tak adanya jaminan keamanan di kota itu. Biaya untuk melakoni laga ini jelas memakan banyak biaya. "Semua tim sudah tahu bahwa mahalnya biaya jika berangkat kesana, apalagi kita pasti tak ingin tragedi wamena yang dialami Persisam, juga terjadi kepada klub lain di ISL," tandasnya. (**)