Kebijakan training camp (TC) temporer atau permanen dinilai tetap menyisakan lubang. Terganggunya roda kompetisi atau kesinambungan klub menjadi konsekuensi yang harus dibayar mahal.
Saat ini negara sepak bola modern sudah meninggalkan metode pemusatan latihan tersebut. Bukan hanya Eropa atau Amerika Latin, Jepang serta Korea Selatan juga tidak lagi mengandalkan TC untuk mendongkrak performa timnas. Mereka mengoptimalkan liga atau turnamen lain untuk menggodok dan mencetak pemain baru.
Para pemain hanya datang beberapa hari sebelum laga krusial untuk berlatih bersama. Namun, paradigma berbeda berlaku di negara sepak bola ’’dunia ketiga’’. TC menjadi solusi alternatif memenuhi target timnas. Merah Putih misalnya. Tim nasional Indonesia yang kini menduduki peringkat 134 FIFA tetap mengedepankan TC sebelum mengikuti event tertentu.
Saat ini Badan Tim Nasional (BTN) merencanakan TC untuk Charis Yulianto dkk sebelum menghadapi Kuwait pada penyisihan Grup B Kualifikasi Piala Asia 2011, Sabtu (14/11) dan Rabu (18/11). Mereka diperkirakan menghabiskan waktu 2,5 bulan sebelum kickoff demi menggapai target lolos ke putaran final Piala Asia.
Namun, agenda itu berseberangan dengan klub yang sedang bersiap mengawali Liga Super 2009/2010 pada Oktober.Revisi TC permanen pun dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan klub. Pemain diizinkan kembali ke klub untuk empat laga.
’’Timnas membutuhkan TC karena (kualitas) pemain di bawah standar. Bukan hanya teknis, kami juga membentuk pola berpikir pemain.TC tidak perlu dilakukan kalau pemain banyak yang bermain di kompetisi luar (negeri). Kondisi ini untuk memenuhi target menang yang selalu dibebankan masyarakat,” tandas Ketua BTN Rahim Soekasah kemarin. Sepanjang musim 2008/2009, Merah Putih telah menghabiskan waktu empat bulan untuk TC.
Sebelumnya TC jangka panjang dengan mengorbankan kompetisi juga pernah digunakan menjelang kick-off Piala Asia 2007. ”Kami menunggu hasil rapat hari ini (kemarin). Posisi klub juga sulit saat ini.Kalaupun pemain bolak- balik, biayanya sangat tinggi. Transportasi kan ditanggung timnas, sedangkan klub ingin pemain kembali. Kami berharap transpor berangkat pemain ditanggung timnas dan saat kembali di-handle klub,” ujar Pelatih Timnas Benny Dollo.
Indonesia sendiri bukan satusatunya negara yang mengadopsi TC jangka panjang.Negara tetangga yang juga menggunakan metode ini adalah Vietnam. The Golden Star merasakan hasilnya ketika menjuarai Piala AFF 2008.Mereka menang agregat 3-2 atas Thailand.
”Vietnam selalu TC jangka panjang. Mereka sudah ke China (TC dan uji coba) saat drawing Kualifikasi Piala AFC dilakukan. Cara itu dilakukan karena kompetisi dan regenerasi di sana tidak maksimal. Singapura juga tertarik TC, tapi hanya menyempurnakan taktik dan strategi. Tapi kami sudah sesuaikan metodenya, termasuk sharing dengan klub,” tandas Benny. [wahyu argia/sindo]