DI balik protes keras klub-klub pendonor pemain timnas terhadap PSSI,kebijakan training camp (TC) permanen merupakan berkah tersembunyi bagi para rival mereka.
Klub yang tak memiliki andalan berlabel pemain timnas mengaku paling diuntungkan dengan kebijakan ini. Alasannya, dengan minus amunisi Merah Putih di Liga Super 2009/2010, kekuatan klub kini lebih merata. Namun, rivalitas pada awal kompetisi, Oktober mendatang,diprediksi datar. Terutama pada pertandingan yang melibatkan klub pendonor timnas.
”Kami diuntungkan dengan kondisi itu. Tapi, semuanya menjadi tidak menarik. Persaingan menjadi biasa karena pemain yang dianggap bagus dipanggil timnas,” ujar Pelatih Persijap Jepara Junaedi kemarin.
Sriwijaya FC (SFC) menjadi donatur terbesar dengan enam pemain. Lalu,disusul Persib Bandung yang mengirimkan empat amunisinya. Kekuatan Persipura Jayapura juga terancam berkurang karena tiga pilarnya bergabung dengan Merah Putih. Persija Jakarta pun harus bisa mengatur keseimbangan tim seandainya M Ilham,Ismed Sofyan, dan Bambang Pamungkas tetap dipertahankan musim depan.
”Pemain lawan dipanggil timnas, berarti komposisi yang ada hanya sisanya.Semua itu pertanda peluang menang jadi lebih besar.Kekuatan mereka berkurang karena ditinggal pemain berkualitas,” tambah Junaedi. Kompetisi juga diproyeksikan tidak bisa menghindari dampak menyeluruh atas kebijakan tersebut. Junaedi mengatakan,kualitas kompetisi hampir pasti menurun.
”Ya, semua ada konsekuensinya. Kualitas kompetisi pada awal musim mungkin berbeda. Kami juga sulit membandingkan kualitas pemain bukan timnas. Pembandingnya tidak ada. Klub agak sulit menilai perkembangannya pada beberapa pertandingan. Tapi, bisa jadi semua pulih saat TC itu selesai,”katanya.
Sementara itu,Waseketum Yayasan Sriwijaya FC (SFC) Faisal Mursyid menyatakan klub akan melihat efektivitas tiga opsi yang pernah diminta terkait kebijakan pemain timnas. ”Mereka semua pemain inti. Kami harus berhati-hati pada awal musim agar maksimal. Tapi, kami tetap menunggu kepastian regulasi dari BTN atau PSSI. Solusi yang sama-sama menguntungkan harus ada,”tandasnya. [wahyu argia/sindo]