Dengan
berlinang air mata, Menpora Roy Suryo memberikan penghargaan kepada
almarhum Soeratin, pendiri PSSI, dalam acara sederhana di Mall Paskal,
Bandung, Selasa (12/3) siang. Roy pun mengusulkan agar nama Soeratin
diabadikan sebagai nama stadion yang akan dimiliki Bandung di Gedebage.
Roy menitikkan air mata karena penghargaan untuk almarhum sedikit sekali. Penghargaan pemerintah yang diberikannya sekarang, menurutnya, masih jauh kurang jika dibandingkan sumbangannya untuk negara khususnya persepakbolaan Indonesia. Keluarga Soeratin diwakili oleh beberapa cucunya, juga merasa terharu dan bangga kepada pemerintah yang telah memberikan penghargaan kepada kakeknya.
"Ini sangat mengharukan karena perhatiannya setinggi ini," ujar Retno Wulan, salah satu cucu Soeratin, seperti dilansir laman resmi Kemenpora. Di antara keluarga Soeratin terdapat juga Teguh Esha, novelis yang dulu dikenal lewat karyanya Ali Topan Anak Jalanan.
Stadion Gedebage yang berkasitas 53.000 itu sampai sekarang memang belum diberikan nama. Sempat tersiar namanya adalah Dada Rosada, Walikota Bandung sekarang. Tapi, Soeratin bukan hanya diusulkan untuk nama stadion yang sekarang ini harus pula nama-nama tokoh, tapi juga diusulkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional.
Pemberian sekaligus pertemuan dengan keluarga Soeratin dimaksudkan untuk mengenang semangat kesatuan persatuan yang dicanangkan oleh Soeratin dalam memimpin PSSI selama 11 periode itu. Usai pertemuan itu Menpora juga melakukan ziarah ke makam Soeratin yang terletakdi TPU Sinarlaga Bandung.
"Ziaran ke makam merupakan momentum yang ditujukan untuk menciptakan semangat kesatuan dan persatuan dalam kongres PSSI, 17 maret mendatang. Semangat jiwa patriot kepahlawanan Soeratin mengiringi pemikiran dan semangat peserta kongres," ujar Menpora.
Ikut mendampingi Menpora dan keluarga Soeratin ke pemakaman Soeratin di antaranya isteri Roy, Ismarindayani Priyanti, Staf Khusus Ivana Lie dan Heru Nugroho, Asdep Chandra Bhakti dan Amung Ma'mun. ad]
Roy menitikkan air mata karena penghargaan untuk almarhum sedikit sekali. Penghargaan pemerintah yang diberikannya sekarang, menurutnya, masih jauh kurang jika dibandingkan sumbangannya untuk negara khususnya persepakbolaan Indonesia. Keluarga Soeratin diwakili oleh beberapa cucunya, juga merasa terharu dan bangga kepada pemerintah yang telah memberikan penghargaan kepada kakeknya.
"Ini sangat mengharukan karena perhatiannya setinggi ini," ujar Retno Wulan, salah satu cucu Soeratin, seperti dilansir laman resmi Kemenpora. Di antara keluarga Soeratin terdapat juga Teguh Esha, novelis yang dulu dikenal lewat karyanya Ali Topan Anak Jalanan.
Stadion Gedebage yang berkasitas 53.000 itu sampai sekarang memang belum diberikan nama. Sempat tersiar namanya adalah Dada Rosada, Walikota Bandung sekarang. Tapi, Soeratin bukan hanya diusulkan untuk nama stadion yang sekarang ini harus pula nama-nama tokoh, tapi juga diusulkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional.
Pemberian sekaligus pertemuan dengan keluarga Soeratin dimaksudkan untuk mengenang semangat kesatuan persatuan yang dicanangkan oleh Soeratin dalam memimpin PSSI selama 11 periode itu. Usai pertemuan itu Menpora juga melakukan ziarah ke makam Soeratin yang terletakdi TPU Sinarlaga Bandung.
"Ziaran ke makam merupakan momentum yang ditujukan untuk menciptakan semangat kesatuan dan persatuan dalam kongres PSSI, 17 maret mendatang. Semangat jiwa patriot kepahlawanan Soeratin mengiringi pemikiran dan semangat peserta kongres," ujar Menpora.
Ikut mendampingi Menpora dan keluarga Soeratin ke pemakaman Soeratin di antaranya isteri Roy, Ismarindayani Priyanti, Staf Khusus Ivana Lie dan Heru Nugroho, Asdep Chandra Bhakti dan Amung Ma'mun. ad]