Ketika Fabrice Muamba kolaps di hadapan puluhan ribu penonton di Stadion White Hart Lane seminggu yang lalu (17/3), petugas medis masuk ke lapangan dan berusaha untuk menyelamatkan nyawanya.
Pemain tengah itu praktis kemudian 'meninggal'' selama 78 menit setelah mengalami serangan jantung di lapangan saat bertanding melawan Tottenham di perempat final Piala FA.
Tiga orang dokter yang memainkan peran utama dalam penyelamatan itu menceritakan pengalaman mereka untuk menghidupkan kembali jantung pemain berusia 23 tahun yang berhenti berdetak itu:
Di lapangan
Dokter tim Tottenham Shabaaz Mughal (SM):
Saya melihat Fabrice kolaps. Dari tempat duduk saya terlihat bahwa ia jatuh sendiri. Tidak ada kontak dengan pemain lain.
Saya merasa harus segera lari ke lapangan dan langsung meraih alat bantu pernafasan. Saya berteriak kepada anggota tim medis Peter Fisher dan kepala tim medis Wayne Diesel.
Ia ternyata sudah memobilisasi tim medis sehingga kita langsung masuk lapangan. Jonathan Tobin dan saya melihatnya tengkurap dengan physiotherapis Bolton, Andy Mitchell berusaha membantunya.
Dokter tim Bolton Jonathan Tobin (JT):
Saat berlari di lapangan saya sempat berpikir, ''Ya tuhan, itu Fabrice.'' Saya kenal baik keluarganya dan menganggapnya teman.
Saya sama sekali tidak sadar kalau para pemain mengerumuni kami maupun kalau Owen Coyle boss kami sudah di dalam lapangan.
Pendukung Tottenham Dr Andrew Deaner (AD), ahli jantung di London Chest Hospital, yang lari masuk lapangan untuk membantu:
Saya melihat Fabrice Muamba kolaps dan kemudian melihat orang berlarian dan memberikan pernafasan buatan.
Saya berhasil membujuk seorang petugas penjaga untuk membawa saya turun ke lapangan.
Saya lihat kerja mereka bagus sekali dan alat pemacu jantung juga sudah siap. Salah seorang dari petugas media membuka rongga pernafasan. Jadi tidak banyak yang saya lakukan.
SM: Kami membalik tubuhnya. Ia seperti terengah dan kemudian menjadi tidak responsif. Kami langsung fokus ke pemberian pernafasan buatan dan pelatihan yang selama ini kami jalani seperti otomatis membimbing kami.
Dada ditekan agar membantu darah mengalir ke seluruh tubuh, membersihkan rongga pernafasan dan pasok oksigen keseluruh organ, alat pacu jantung untuk menormalkan detak jantung.
Kami melakukan pelatihan ekstensif untuk menghadapi situasi seperti ini. Situasi terburuk. Kami sama sekali tak mendengar suara penonton karena begitu fokusnya dengan situasi yang kami hadapi.
JT: Baru setelah 35 ribu suara bersama-sama menyanyikan nama Fabrice Muamba konsentrasi kami tertembus oleh suasana dari sekitar kami.
SM: Para pemain sangat kebingungan dan takut.
AD: Tak lama sesudah itu kami memutuskan untuk membawanya ke luar lapangan.
Di lorong stadion
AD: Ia diangkat oleh tim paramedis dan langsung ke lorong stadion
Kalau tak salah ia sempat dikejut sekali lagi dengan alat pacu jantung itu sewaktu berada di lorong stadion.
JT: Ia dua kali dikejut jantungnya di lapangan dan sekali di lorong stadion.
Di ambulans
JT: Fabrice secara keseluruhan menjalani 15 kali kejut jantung menggunakan alat itu. 12 diantaranya di dalam ambulans.
AD: Selama masa pertolongan pertama itu Anda selalu khawatir.
Semakin lama masa itu berlangsung, semakin kecil kemungkinan untuk selamat.
Jonathan dan tim paramedis terus memberi pertolongan lewat nafas buatan dan alat pacu jantung itu sementara saya berhasil mendapatkan dua nadi.
Tersedia beberapa obat dan saya berhasil memasukannya lewat nadi.
JT: Ada anggota tim paramedis, Peter Fisher, yang terus memastikan rongga pernafasan terus terbuka lancar, lalu Andrew membuka nadi untuk memasukkan obat, ambulan bergerak kencang dan bergoyang ke kiri dan kanan saat harus berbelok tajam dengan kecepatan tinggi.
Ada seorang anggota paramedis yang bersandar ke pintu belakang sambil memegangi saya karena saya masih mengenakan sepatu sepakbola dan tidak bisa berdiri stabil di dalam mobil.
Dengan situasi seperti ini anda harus beradaptasi. Tetapi memang segalanya sangat menegangkan.
Di rumah sakit
AD: London Chest Hospital sudah siap menerima kami. Mereka mendengarkan pertandingan lewat radio dan bertanya-tanya kapan kami akan datang.
Kami langsung masuk ke ruang operasi dan saya membuka nadi yang berada di bawah bahu dengan lebih lebar dan menggosoknya.
Kami mendapat akses yang lebih mudah ke arteri dan nadi yang lebih besar dan terus memberi obat dan kejut jantung.
JT: Begitu kami tiba di rumah sakit saya bukan lagi anggota tim penanganan dan ketika saya melepas itu barulah saya sadar akan apa yang terjadi.
Saya keluar kamar dan di lorong rumah sakit dan menangis. Saya masuk lagi untuk melihat apa yang mereka lakukan. Mereka sungguh luar biasa.
AD: Sangat tidak biasa melihat manusia berusia 23 tahun yang sangat sehat, yang baru saja bermain sepakbola selama 40 menit, ambruk begitu saja dan harus menjalani penanganan serangan jantung oleh mereka yang sangat ahli.
Semua jalur darahnya telah encer dan semua enzim yang membantu otot untuk bekerja berada di titik optimal, itu mungkin yang melindunginya.
Ada sesuatu yang terjadi yang membuatnya memang harus selamat.
JT: Mereka masih mengoperasinya hingga 30 menit kemudian, tanpa ada detak jantung, tanpa bernafas. Pada dasarnya ia sudah mati saat itu.
AD: Kalau Anda ingin menggunakan kata ajaib, saya kira mungkin bisa digunakan saat itu.