tak peduli seberapa tidak adilnya dunia luar orang yang punya kuasa tinggi selalu bisa mengontrol dirinya sendiri untuk dapat bertindak cerdas dan elegan .
namun itu jelas tidak didapati pada suporter persip pekalongan dan psis.
Mudah tersulut emosi adalah ciri orang bodoh .
dan kedua suporter tersebut menunjukan hal tersebut . Merasa diri hebat jika bisa buat kerusuhan , merasa bangga dibilang suporter garis keras jika bisa melukai suporter lain itu jelas adalah ciri -ciri suporter alay bermuka jelek yang tidak mengenyam pendidikan yang cukup bak secara formal maupun informal .
orang-orang seperti inilah bibit -bibit generasi penghancur bangsa .
. Dalam pertandingan yang
berakhir imbang 1-1 itu, suporter PSIS Panser Biru dan Snex terlibat
saling lempar batu dengan suporter Persip Kalong Mania.
Kericuhan bermula ketika paro waktu babak pertama. Entah siapa yang
memulai, tiba-tiba suporter Persip Kalong Mania dan suporter PSIS Snex
yang berada di tribun utara, saling lempar botol air mineral, batu serta
kayu. Kerusuhan pun meluas, suporter Panser Biru dan Kalong Mania yang
berada di Tribun selatan juga terlibat saling lempar batu.
Kericuhan sempat terhenti ketika babak kedua dimulai. Namun, ketenangan
itu tak berlangsung lama. Di menit-menit akhir babak kedua, kedua belah
pihak suporter kembali terlibat ricuh, hujan batu ke arah kedua belah
pihak kembali terjadi. Karena kedua belah pihak sulit untuk kendalikan
pihak kepolisian terpaksa menembakkan gas air mata ke kedua suporter
yang saling lempar.
Kerusuhan tidak hanya terjadi di dalam
stadion, usai pertandingan, kedua kelompok suporter kembali ricuh. Pihak
kepolisian terpaksa menyemrotkan water canon untuk menghalau suporter.
Kapolresta Pekalongan AKBP Dhani dan Wakapolres Pekalongan Kompol
Mulyawati Syam langsung turun kelapangan untuk menenangkan kedua massa.
Bahkan Wakapolresta Pekalongan Muliyawati Syam, terkena lemparan batu di
kakinya hinga terluka, saat berusaha menghalau kedua belah pihak.
Akibat kericuhan tersebut, belasan suporter dari kedua belah pihak
mengalami luka akibat terkena lemparan batu. Tidak hanya itu, tiga orang
anggota Polresta Pekalongan juga terluka akibat terkena lemparan batu,
saat berusaha menenangkan para suporter.
Untuk menghindari
terjadi kericuhan susulan, suporter Panser Biru dan Snex mendapatkan
pengawalan ketat dari pihak kepolisian. Secara estafet suporter Panser
dan Snex di kawal hingga Semarang.
Ketua Panpel Persip Muanas
Budisetyono, mengatakan, sedikitnya 700 petugas keamanan dari
kepolisian, TNI, dan Satpol PP dikerahkan untuk melakukan pengamanan.
"Semua sudah terkendali, dan untuk mengindari kejadian yang tidak
diinginkan, pihak kepolisian melakukan pengawalan kepada suporter Snex
dan Panser selama perjalanan pulang," ujarnya.
Dia mengatakan, ada sekitar 12-13 suporter dari kedua belah pihak yang
mengalami luka ditambah satu suporter dari Panser yang terjatuh dari
tembok. Semua yang terluka langsung dilarikan ke tiga rumah sakit yakni
RSUD Bendan, RS Budi Rahyu dan RS Kraton. "Kita sengaja membawa korban
ke beberapa rumah sakit, agar penanganannya cepat," ujarnya.
Kerusuhan yang terjadi antar kedu supporter jauh dari perkiraan
mengingat selama ini antara Panser Biru, Snex dan Kalong Mania tidak
pernah terjadi permusuhan dan belum pernah terlibat bentrok, baik di
dalam maupun di luar lapangan.
Wakapolresta Pekalongan Kompol Muliyawati Syam mengatakan, tidak ada
yang diamankan dari kedua belah pihak. ”Semua sudah terkendali. Suporter
Snex dan Panser kita kawal menuju Semarang, untuk menghindari hal yang
tidak diinginkan,” ujarnya.
Manajer Tim PSIS Semarang Setyo Agung Nugroho menyayangkan kericuhan
yang tejadi antara kedua suporter. Itu mengingat dalam sejarahnya kedua
suporter belum pernah terlibat bentrok dan baru kali ini terjadi
kerusuhan.
Dia berharap, kerusuhan yang terjadi merupakan kerusuhan terakhir, untuk
kedua belah pihak, sehingga pada pertandingan berikutnya tidak terjadi
hal yang sama. ”Kami berharap kedua suporter mampu mengendalikan diri
sehingga di kemudian hari tidak terjadi hal yang sama,”ujarnya.