Firman Utina akhirnya memutuskan untuk menolak gabung Tim Nasional
Indonesia Piala AFF 2012. Alasannya, konflik dualisme yang terjadi
antara PSSI dan KPSI, membuat dirinya terbebani sehingga tidak mungkin
bisa bermain dengan maksimal.
"Jangan tanya soal nasionalisme,
semua pemain pasti mau untuk memperkuat timnas. Tapi, jika keadaanya
seperti ini, saya memutuskan untuk bermain di klub saja," ujar Firman
saat ditemui di Stadion Persib, Jln. Ahmad Yani, Bandung, Minggu
(28/10/2012).
Ia menuturkan, jika memang timnas masih merasa
membutuhkan seorang pemain, seharusnya mereka melakukannya dengan cara
yang baik. Semisal, meminta izin kepada manajemen klub yang sedang
diperkuat pemain itu.
"Bukan seperti sekarang, ada pihak-pihak
tertentu (dari timnas) yang mendekati saya secara personal. Ada yang
menjanjikan sesuatu, bahkan ada juga yang sampai mengancam. Itu kan
tidak baik, karena akan semakin memperuncing keadaan (dualisme),"
katanya.
Firman menambahkan, yang terpenting bagi seorang pemain
adalah mendapat kenyaman saat bermain. Sekarang, ucapnya, dia tidak
mungkin bisa bermain fokus karena pasti ada tekanan dari kedua belah
pihak (klub dan timnas) jika dia harus menerima panggilan tim nasional
yang akan berlaga di AFC 2012 mendatang.
"Pikiran saya pasti akan
terkotak-kotak. Daripada saya tidak bisa bermain dengan fokus, lebih
baik tidak saja. Sekarang saya fokus saja bermain untuk Persib dan
mudah-mudahan bisa memberikan yang terbaik" ucapnya.
Seperti
diketahui, manajemen PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) melalui
manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar menegaskan tidak akan memberikan
izin kepada Firman Utina untuk memperkuat tim nasional yang dibesut Nil
Maizar. Alasannya, Umuh sangat berharap PSSI dan KPSI berdamai terlebih
dahulu. Jika itu sudah terjadi, Umuh mengaku dengan senang hati pasti
memberikan izin kepada semua pemain "Maung Bandung" yang dipanggil tim
nasional Indonesia.
Lebih lanjut, Firman menyatakan dualisme yang
tidak kunjung selesai, akan sangat merugikan tim nasional Indonesia.
Pasalnya, banyak sejumlahj pemain berkualitas yang akhirnya tidak bisa
memperkuat timnas karena terbentur perizinan klub yang dibelanya.
"Dengan
keadaan seperti ini, sebetulnya pemainlah yang menjadi korban. Kami
mendapat tekanan dari semua pihak yang memiliki kepentingan.
Profesionalisme kami pun sering dipertanyakan. Padahal semua itu tidak
seharusnya terjadi kepada kami," ujar pemain yang terakhir kali membela
timnas pada Piala AFF 2010 itu. [kun]