Ketidakjelasan jadwal kompetisi Indonesian Premier League (IPL) musim depan membuat PSM Makassar memutar otak untuk menghidupi klub.Apalagi, pihak konsorsium sudah angkat tangan menggelontorkan dana untuk membiayai klub hingga berimbas ke gaji pemain.
Kondisi itulah yang membuat beberapa klub mulai berpikir bermain di Indonesia Super League (ISL),kompetisi yang dianggap ilegal oleh PSSI versi Djohar Arifin Husin.Persijap Jepara adalah klub yang terang-terang akan hijrah ke ISL untuk kompetisi musim depan. Langkah Persijap tidak mustahil akan diikuti PSM Makassar.Memilih tetap di IPL atau kembali ke ISL adalah opsi yang dipikirkan manajemen tim Juku Eja.Hanya, manajemen masih menunggu keputusan rapat Joint Committee terkait dualisme kompetisi.
Manajemen tak ingin keputusan keliru malah membawa PSM makin terpuruk nantinya. “Kalau sudah ada hasil rapat,kami akan mengambil keputusan. PSM hanya akan mengikuti liga yang legal di mata FIFA,”ujar Chief Executive Officer (CEO) PSM Rully Habibie,kemarin. Sikap yang sama juga sudah berkali-kali disampaikan Ketua Umum PSM Makassar Sadikin Aksa.Sadikin yang menggantikan posisi Ilham Arief Sirajuddin sebagai ketum, saat ini bahkan enggan melakukan banyak hal untuk PSM karena menunggu hasil kerja Joint Committee.
“Sebaiknya kami fokus saja soal pengembangan pemain muda. Kontrak pemain atau pilihan liga,tunggu Joint Committee selesai bekerja,”tandas Sadikin. Sejatinya,wacana PSM hijrah ke ISL sudah mencuat beberapa waktu lalu, terutama saat krisis keuangan menerpa.PT Liga Prima Indonesia Sportindo selaku operator IPL dianggap tidak mampu menyelenggarakan liga dengan profesional. Kemudian,diperparah dengan gaji pemain yang tidak lancar oleh pihak konsorsium kepada pemain PSM. LPIS saat ini juga masih berutang menagih revenue sharing televisi broadcast atau hak siar sebesar Rp2 miliar kepada PSM.
Dana tersebut merupakan kompensasi atas keikutsertaan PSM dan klub lainnya dalam IPL.Namun,hingga sekarang dana tersebut ternyata belum diterima klub kontestan IPL,termasuk PSM Makassar. Padahal,menurut manajemen tim Juku Eja,dana sebesar itu sangat dibutuhkan untuk menalangi tunggakan tiga bulan gaji pemain.Sikap LPIS inilah yang disesalkan oleh kalangan suporter Juku Eja.
“Saya tidak mengatakan mana yang paling berkualitas antara IPL dan ISL. Namun,soal pembayaran gaji,ISL sedikit lebih baik dari IPL.Klub ISL telah membayar sebagian gaji pemainnya,”ujar Uki Nugraha,Koordinator Laskar Ayam Jantan. ●sulaiman karim
Kondisi itulah yang membuat beberapa klub mulai berpikir bermain di Indonesia Super League (ISL),kompetisi yang dianggap ilegal oleh PSSI versi Djohar Arifin Husin.Persijap Jepara adalah klub yang terang-terang akan hijrah ke ISL untuk kompetisi musim depan. Langkah Persijap tidak mustahil akan diikuti PSM Makassar.Memilih tetap di IPL atau kembali ke ISL adalah opsi yang dipikirkan manajemen tim Juku Eja.Hanya, manajemen masih menunggu keputusan rapat Joint Committee terkait dualisme kompetisi.
Manajemen tak ingin keputusan keliru malah membawa PSM makin terpuruk nantinya. “Kalau sudah ada hasil rapat,kami akan mengambil keputusan. PSM hanya akan mengikuti liga yang legal di mata FIFA,”ujar Chief Executive Officer (CEO) PSM Rully Habibie,kemarin. Sikap yang sama juga sudah berkali-kali disampaikan Ketua Umum PSM Makassar Sadikin Aksa.Sadikin yang menggantikan posisi Ilham Arief Sirajuddin sebagai ketum, saat ini bahkan enggan melakukan banyak hal untuk PSM karena menunggu hasil kerja Joint Committee.
“Sebaiknya kami fokus saja soal pengembangan pemain muda. Kontrak pemain atau pilihan liga,tunggu Joint Committee selesai bekerja,”tandas Sadikin. Sejatinya,wacana PSM hijrah ke ISL sudah mencuat beberapa waktu lalu, terutama saat krisis keuangan menerpa.PT Liga Prima Indonesia Sportindo selaku operator IPL dianggap tidak mampu menyelenggarakan liga dengan profesional. Kemudian,diperparah dengan gaji pemain yang tidak lancar oleh pihak konsorsium kepada pemain PSM. LPIS saat ini juga masih berutang menagih revenue sharing televisi broadcast atau hak siar sebesar Rp2 miliar kepada PSM.
Dana tersebut merupakan kompensasi atas keikutsertaan PSM dan klub lainnya dalam IPL.Namun,hingga sekarang dana tersebut ternyata belum diterima klub kontestan IPL,termasuk PSM Makassar. Padahal,menurut manajemen tim Juku Eja,dana sebesar itu sangat dibutuhkan untuk menalangi tunggakan tiga bulan gaji pemain.Sikap LPIS inilah yang disesalkan oleh kalangan suporter Juku Eja.
“Saya tidak mengatakan mana yang paling berkualitas antara IPL dan ISL. Namun,soal pembayaran gaji,ISL sedikit lebih baik dari IPL.Klub ISL telah membayar sebagian gaji pemainnya,”ujar Uki Nugraha,Koordinator Laskar Ayam Jantan. ●sulaiman karim