Ketua Umum PSSI versi Kongres Luar Biasa (KLB) Ancol La
Nyalla Matalitti membantah pihaknya tidak diundang oleh tim Taskforce
AFC dalam pertemuan di Malaysia.
AFC mengundang dua kubu
yang tengah berkonflik di sepak bola Indonesia. PSSI versi Djohar Arifin
Husin dan PSSI versi La Nyalla Mattalitti. Namun kubu Djohar mengklaim
bahwa undangan bukan disampaikan kepada PSSI versi La Nyalla, tetapi
hanya kepada PT Liga Indonesia yang menaungi Liga Super Indonesia (ISL),
liga yang menjadi 'liga sempalan (breakaway league)', setelah tidak
diakui Djohar.
Dengan demikian, klaim kubu Djohar, maka AFC dan
FIFA memahami konflik PSSI sebatas dualisme kompetisi, bukan dualisme
kepengurusan. Implikasinya, AFC dan FIFA tetap mengakui legitimasi
Djohar.
Namun hal ini dibantah La Nyalla. Bahkan menurutnya,
selain menemui Djoko Driono dan Hinca Panjaitan, perwakilan dari kubu La
Nyalla, La Nyalla juga bertemu langsung dengan pihak AFC.
"Masa
harus saya bilang dimana dan kapan saya bertemu dengan orang-orang AFC,"
ujar La Nyalla, Senin (30/4/2012).
Menurut
Tri Goestoro, Sekretaris Jenderal PSSI versi Djohar Arifin, saat
pertemuan di Hotel Ritz Carlton, Bukit Bintang, Malaysia, Selasa
(24/4/12) pihak AFC menekankan agar PSSI bisa mengakhiri dualisme
kompetisi antara Liga Super Indonesia (ISL) dan Liga Primer Indonesia
(IPL).
Wakil Sekjen PSSI versi Djohar, Tondo Widodo juga
menjelaskan bahwa dalam pertemuan di Kuala Lumpur, Malaysia itu, tidak
membahas mengenai kisruh organisasi atau dualisme kepengurusan.
Melainkan hanya dualisme kompetisi.
Menanggapi itu, dengan santai
La Nyalla menyebut perkataan Tri Goestorao itu sebagai kebohongan. "Ngga
bener, bohong semua itu," katanya.
La Nyalla menilai dirinya tak
perlu meladeni semua klaim sepihak dari Djohar Arifin dan kawan-kawan.
Dia hanya ingin fokus melihat hasil penilaian Tim Taskforce AFC atas
kisruh dualisme PSSI.
"Yang penting lihat hasilnya saja," Tegasnya.
Dia optimis, hasil penilaian Tim Taskforce AFC akan mengakhiri kemelut di tubuh sepak bola tanah air.[yob]