Krisis finansial yang terjadi di Persema Malang mulai memunculkan
berbagai spekulasi terkait masa depan tim ini. Terbaru, Persema
dikabarkan bakal dijual ke investor untuk menutupi kebutuhan yang mulai
tak bisa ditanggung Konsorsium LPI.
Informasi yang digali di Malang, penjualan itu menjadi opsi yang paling masuk akal karena arifin panigoro melalui konsorsium mulai gontai dalam pembiayaan. Belakangan Laskar Ken Arok mulai 'kelaparan' karena gaji dan bonus selama beberapa bulan belum juga ada kepastian.
Sebuah perusahaan yang berbasis di Australia disebut-sebut sebagai calon pembeli klub yang dulunya milik Pemkot Malang tersebut. Namun belum rinci bagaimana proses penjualan akan dilakukan dan apakah benar Konsorsium LPI bakal melepas Persema ke pihak lain.
Sebuah sumber di internal Persema mengatakan, penjualan Persema terkait erat dengan kondisi keuangan Konsorsium LPI yang mulai limbung. Ditambah lagi Arifin Panigoro yang terkesan 'lepas tangan'
terhadap nasib tim-tim IPL dan justru menyerahkan masalah keuangan itu kepada klub.
“Saat ini Persema sedang mengadakan pembicaraan dengan sebuah investor dari Australia. Namun itu masih sebatas rencana pengelolaan tim.
Terkait apakah nanti Persema tetap di Malang atau tidak, serta bagaimana sistem pengelolaannya, itu belum ada hasil,” kata sumber tersebut.
Dikonfirmasi soal ini, CEO Persema Didied Poernawan Affandi justru mengaku belum pernah mendengar rencana penjualan itu. Namun jika benar klub akan berpindah ke investor lain, maka itu sepenuhnya menjadi wewenang Konsorsium LPI. Sebab selama ini konsorsium-lah yang menguasai saham mayoritas Persema.
“Saya belum tahu itu. Kalau memang ada proses seperti itu, tentunya melalui Konsorsium LPI. Kami manajemen jelas tidak berwenang soal penjualan Persema karena yang memiliki saham adalah konsorsium. Jadi yang paling paham ya pihak konsorsium,” ujar Didied.
Persema saat masih di bawah naungan Pemkot Malang, berdiri di bawah pengelolaan PT Singosari Sakti Indonesia (SSI). Saham PT SSI kemudian diakuisisi Konsorsium LPI yang mulai mengendalikan Persema sejak bergulirnya Liga Primer Indonesia (LPI) pada 2011 silam.
Sejak itulah konsorsium menjadi pengendali penuh atas tim yang bermarkas di Stadion Gajayana tersebut. Sedangkan Pemkot Malang sudah terlepas sepenuhnya dari pengelolaan Persema. Didied sendiri tidak mau berpekulasi tentang masa depan Persema, terutama terkait informasi akan ada pergeseran kepemilikan.
“Bagi saya, hingga sekarang Persema masih di bawah Konsorsium LPI dan semuanya menjadi wewenang konsorsium. Kalau kemudian ada kabar Persema bakal dijual setelah mengalami krisis keuangan, kami sendiri belum mengetahui dengan pasti benar-tidaknya,” tandas Didied.
Persema belakangan menjadi pemberitaan media karena bertumpuknya tunggakan yang belum dibayar Konsorsium LPI. Gaji pemain dan manajemen, bonus pemain, serta biaya operasioanl yang totalnya puluhan juta belum sampai ke tangan Persema walau terus ditagih.
Seretnya dana tersebut terhitung sejak Maret, yang berarti pendanaan dari konsorsium hanya lancar dalam tiga bulan awal kompetisi, yakni Desember, Januari dan Februari. Kini klub harus pontang-panting menambal kebutuhan tim yang terus membengkak.
(Kukuh Setiawan/fit)
Informasi yang digali di Malang, penjualan itu menjadi opsi yang paling masuk akal karena arifin panigoro melalui konsorsium mulai gontai dalam pembiayaan. Belakangan Laskar Ken Arok mulai 'kelaparan' karena gaji dan bonus selama beberapa bulan belum juga ada kepastian.
Sebuah perusahaan yang berbasis di Australia disebut-sebut sebagai calon pembeli klub yang dulunya milik Pemkot Malang tersebut. Namun belum rinci bagaimana proses penjualan akan dilakukan dan apakah benar Konsorsium LPI bakal melepas Persema ke pihak lain.
Sebuah sumber di internal Persema mengatakan, penjualan Persema terkait erat dengan kondisi keuangan Konsorsium LPI yang mulai limbung. Ditambah lagi Arifin Panigoro yang terkesan 'lepas tangan'
terhadap nasib tim-tim IPL dan justru menyerahkan masalah keuangan itu kepada klub.
“Saat ini Persema sedang mengadakan pembicaraan dengan sebuah investor dari Australia. Namun itu masih sebatas rencana pengelolaan tim.
Terkait apakah nanti Persema tetap di Malang atau tidak, serta bagaimana sistem pengelolaannya, itu belum ada hasil,” kata sumber tersebut.
Dikonfirmasi soal ini, CEO Persema Didied Poernawan Affandi justru mengaku belum pernah mendengar rencana penjualan itu. Namun jika benar klub akan berpindah ke investor lain, maka itu sepenuhnya menjadi wewenang Konsorsium LPI. Sebab selama ini konsorsium-lah yang menguasai saham mayoritas Persema.
“Saya belum tahu itu. Kalau memang ada proses seperti itu, tentunya melalui Konsorsium LPI. Kami manajemen jelas tidak berwenang soal penjualan Persema karena yang memiliki saham adalah konsorsium. Jadi yang paling paham ya pihak konsorsium,” ujar Didied.
Persema saat masih di bawah naungan Pemkot Malang, berdiri di bawah pengelolaan PT Singosari Sakti Indonesia (SSI). Saham PT SSI kemudian diakuisisi Konsorsium LPI yang mulai mengendalikan Persema sejak bergulirnya Liga Primer Indonesia (LPI) pada 2011 silam.
Sejak itulah konsorsium menjadi pengendali penuh atas tim yang bermarkas di Stadion Gajayana tersebut. Sedangkan Pemkot Malang sudah terlepas sepenuhnya dari pengelolaan Persema. Didied sendiri tidak mau berpekulasi tentang masa depan Persema, terutama terkait informasi akan ada pergeseran kepemilikan.
“Bagi saya, hingga sekarang Persema masih di bawah Konsorsium LPI dan semuanya menjadi wewenang konsorsium. Kalau kemudian ada kabar Persema bakal dijual setelah mengalami krisis keuangan, kami sendiri belum mengetahui dengan pasti benar-tidaknya,” tandas Didied.
Persema belakangan menjadi pemberitaan media karena bertumpuknya tunggakan yang belum dibayar Konsorsium LPI. Gaji pemain dan manajemen, bonus pemain, serta biaya operasioanl yang totalnya puluhan juta belum sampai ke tangan Persema walau terus ditagih.
Seretnya dana tersebut terhitung sejak Maret, yang berarti pendanaan dari konsorsium hanya lancar dalam tiga bulan awal kompetisi, yakni Desember, Januari dan Februari. Kini klub harus pontang-panting menambal kebutuhan tim yang terus membengkak.
(Kukuh Setiawan/fit)