SETELAH diwacanakan menggantikan Wilhelmus ‘Wim’ Rijsbergen sebagai pelatih tim nasional senior, Rahmad Darmawan akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai pelatih timnas U-23. Menurut rencana, surat pengunduran diri akan diserahkan ke PSSI pada Senin (12/12) atau Selasa (13/12) pekan depan.
Menurut informasi yang didapatkan , mantan arsitek Persija Jakarta dan Sriwijaya FC itu akan menukangi Pelita Jaya mulai Januari tahun depan. Hal tersebut sekaligus menegaskan pernyataan Direktur Teknik Pelita Rahim Soekasah yang mengatakan RD--panggilan Rahmad--akan melatih tim asal Karawang itu selama dua musim mulai 2012.
Selain itu, mundurnya RD diprediksi karena pernyataan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin yang tidak memperbolehkan
pemain yang beraksi di Indonesia Super League (ISL) untuk memperkuat timnas. RD sudah menegaskan sejak awal bahwa ia akan serius mempertimbangkan melepas jabatannya jika tidak diperbolehkan memilih skuat berdasarkan skill, bukan asal liga atau klub sang pemain.
“Pelatih timnas harus diberi kewenangan untuk menentukan pemain terbaik berdasarkan kebutuhan tim, bukan karena si A dari sini atau si B dari situ. Kalau sudah seperti itu, tidak ada gunanya lagi menjadi pelatih timnas,” kata RD seusai meraih perak SEA Games XXVI, 21 November lalu.
Pada Kamis (8/12) malam, PSSI untuk ketiga kalinya merevisi pernyataan soal keterlibatan RD Mundur dari Pelatih Timnas.
Pelarangan pemanggilan pemain ISL untuk memperkuat skuat ’Garuda’ diprediksi kuat menjadi penyebab utama. pemain yang klubnya berlaga di ISL untuk membela timnas.
Kali ini, PSSI juga membawa-bawa nama FIFA lewat Pasal 79 Statuta FIFA yang menyatakan bahwa, ‘pertandingan yang berlangsung antara tim yang pemainnya ada di klub yang tidak terafiliasi dengan FIFA adalah haram.’
Di sisi lain, bek Persib Bandung Zulkifli Syukur menyatakan sanksi itu salah sasaran karena hanya akan menyebabkan para pemain menjadi korban politik PSSI. Hingga kini, kubu Djohar dan kawan-kawan dan para mantan pengurus PSSI lama tak juga menemukan titik terang soal dualisme kompetisi ISL yang dimotori PT Liga Indonesia pimpinan Joko Driyono versus IPL yang diorganisasikan PT Liga Prima Indonesia Sportindo di bawah naungan PSSI.
“Sanksi PSSI ke pemain yang berlaga di ISL itu salah alamat. Apalagi mereka seperti menyalahkan pemain dan melarang kami memperkuat timnas,”tandas Zulkifli.
Pemain asing
Selain soal pemain berkebangsaan Indonesia yang dilarang membela negaranya sendiri, para pemain asing juga terkena imbas dari perang politik lewat kompetisi sepak bola ini. Mereka juga tidak bisa membela timnas negara masing-masing karena terbentur Pasal 79 Statuta FIFA itu.
Para pemain asing yang statusnya jadi mengambang itu di antaranya adalah striker Pelita Jaya asal Malaysia Safee Sali, pemain Persija Precious (Singapura), punggawa Persipura Jayapura asal Liberia Zah Rahan, dan Keith Kayamba Gambs yang kini berseragam Sriwijaya FC asal Saint Kitts dan Nevis.
PSSI juga dengan tegas menyatakan bakal mencabut TMS (transfer matching system) para pemain asing yang baru akan merumput di Indonesia. Salah satu pemain yang dimaksud ialah pemain naturalisasi Diego Michiels yang tampil memukau bersama ‘Garuda Muda’ di SEA Games XXVI lalu.
asni@mediaindonesia.com