
Pelatih tim sepak bola Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua, Max Olua menilai, Pelatih timnas Wim Rijsbergen salah menemptakan Boaz Solossa, saat Timnas Indonesia takluk 2-0 dari Bahrain, Selasa malam, 6 September di Stadion Gelora Bungkarno.
“Secara strategi timnas kurang maksimal dalam bermain. Selain itu Boaz Solossa tidak ditempatkan pada posisi favoritnya. Ia akan sangat efektif dalam bergerak jika dia ditempatkan di sisi kiri. Selain itu secara pola jauh lebih baik jika pelatih menerapkan formasi 4 – 3 – 3 karena main di kandang,” kata Max Olua, Rabu 7 September.
Menurutnya dengan pola bermain seperti itu, maka timnas akan lebih punya banyak ruang untuk menyerang dan menekan pertahanan lawan. Menurutnya, jika beberapa kali Boaz terlihat melakukan tusukan ke pertahanan lawan semalam, itu tak lebih karena skill dan kemampuan individu yang dimilikinya.
“Apa yang dilakukan oleh Boaz lakukan itu bukan karena strategi atau skema pelatih. karena strategi dan skema yang diterapkan tidak memberi ruang bagi Boaz untuk bergerak bebas. Boaz akan meneraik perhatian pemain bertahan lawan. Dan pemain lain bisa memanfaatkan situasi,” ujarnya.
Max Olua, juga menyayangkan tidak adanya perubahan strategi yang berarti saat memasuki babak kedua, padahal saat itu, posisi Tim Nasional Indonesia sedang tertinggal 1 – 0. “Lawan sudah menguasai lini tengah, sehingga sulit bagi Hariono dan Ahmad Bustomi untuk menyuplay bola kedepan. Justru keduanya lebih sering membantu pertahanan daripada menyerang,” ucapnya.
Max Olua berharap agar dipertandingan berikutnya, pelatih bisa memaksimal pemain yang ada, selain tepat dalam menempatkan posisi pemain, pemain lain juga perlu dipertimbangkan. “Sebagai tim juara, pemain Persipura sangat layak untuk menempati beberapa posisi di Tim Nasional, Boaz, Kabes, Tinus Pae, Gerald Pangkali, Titus Bonay, saya rasa mereka sangat layak,” tandas Max Olua. (J/09)
“Secara strategi timnas kurang maksimal dalam bermain. Selain itu Boaz Solossa tidak ditempatkan pada posisi favoritnya. Ia akan sangat efektif dalam bergerak jika dia ditempatkan di sisi kiri. Selain itu secara pola jauh lebih baik jika pelatih menerapkan formasi 4 – 3 – 3 karena main di kandang,” kata Max Olua, Rabu 7 September.
Menurutnya dengan pola bermain seperti itu, maka timnas akan lebih punya banyak ruang untuk menyerang dan menekan pertahanan lawan. Menurutnya, jika beberapa kali Boaz terlihat melakukan tusukan ke pertahanan lawan semalam, itu tak lebih karena skill dan kemampuan individu yang dimilikinya.
“Apa yang dilakukan oleh Boaz lakukan itu bukan karena strategi atau skema pelatih. karena strategi dan skema yang diterapkan tidak memberi ruang bagi Boaz untuk bergerak bebas. Boaz akan meneraik perhatian pemain bertahan lawan. Dan pemain lain bisa memanfaatkan situasi,” ujarnya.
Max Olua, juga menyayangkan tidak adanya perubahan strategi yang berarti saat memasuki babak kedua, padahal saat itu, posisi Tim Nasional Indonesia sedang tertinggal 1 – 0. “Lawan sudah menguasai lini tengah, sehingga sulit bagi Hariono dan Ahmad Bustomi untuk menyuplay bola kedepan. Justru keduanya lebih sering membantu pertahanan daripada menyerang,” ucapnya.
Max Olua berharap agar dipertandingan berikutnya, pelatih bisa memaksimal pemain yang ada, selain tepat dalam menempatkan posisi pemain, pemain lain juga perlu dipertimbangkan. “Sebagai tim juara, pemain Persipura sangat layak untuk menempati beberapa posisi di Tim Nasional, Boaz, Kabes, Tinus Pae, Gerald Pangkali, Titus Bonay, saya rasa mereka sangat layak,” tandas Max Olua. (J/09)