Persisam Putra Samarinda, Kalimantan Timur, terancam absen dalam kompetisi mendatang jika tanpa APBD. Pengusaha tambang batubara yang digadang-gadang mampu menutupi pembiayaan Persisam Putra sulit terealisasi.Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Samarinda (APBS), Eko Priyatno, menyatakan pendapatan pengusaha tambang terutama pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) tidak meungkin bisa menyumbang dalam jumlah besar. Menurutnya, yang harus menjadi pertimbangan adalah, pengusaha batubara di Samarinda rata-rata bukan tergolong penambang kelas raksasa. "Bukan kami menolak, tapi kalau kami diharapkan menjadi penyumbang terbesar rasanya berat," kata Eko Priyatno, Rabu 15 Juni 2011. Ia menjelaskan, secara umum masyarakat menilai pengusaha atau pemegang IUP memiliki penghasilan lebih. Namun, menurutnya hal itu justru terbalik. "Kami pemegang IUP ini hanya memperoleh fee. Justru yang besar itu para kontraktor batubara," katanya. Eko mengungkapkan pengusaha batubara tidak menutup mata menyangkut kebanggaan warga Samarinda soal sepakbola. Namun, dengan kemampuan serta pembiayaan yang tak sedikit pula, tidak mungkin setiap pengusaha tambang diharuskan menyumbang dengan jumlah besar. "Kami ini hanya menambang 100 hektare. Kalau harus menyumbang besar bagaimana?" ujarnya. Ia menyebutkan tidak bisa dimungkiri bahwa perusahaan batubara harus peduli terhadap warga Samarinda. Namun, justru yang menjadi perhatian serius adalah soal warga sekitar tambang untuk menghindari konflik sosial. "Begini saja, kalau menyumbang sepakbola dibanding memenuhi kebutuhan warga sekitar tambang, bagaimana? Kami tak perlu sosialisasi," ujarnya. Sebelumnya, Siswadi, Ketua DPRD Kota Samarinda, yakin Persisam Putra Samarinda akan tetap hidup meski tanpa dana dari APBD. Ia mengungkapkan Dewan bersama pemerintah siap memfasilitasi Persisam mendapatkan dana dari pihak kedua selain APBD. "Di Samarinda ini ada lebih dari 60 tambang batubara, masak tak bisa berkontribusi. Menurut saya kebutuhan dana Persisam hanya sebagian kecil saja dari penghasilan pengusaha batubara. Saya yakin Persisam bisa hidup," kata Siswadi. Selain batubara, sumber dana juga bisa diperoleh dari pengusaha lain seperti perhotelan, reklame, dan perusahaan lain yang beroperasi di Samarinda. Siswadi yakin jika pemerintah sejalan untuk menghidupkan sepakbola tanpa APBD, Persisam bisa eksis dan menghibur ribuan warga Samarinda di kompetisi mendatang. Sebelumnya General Manajer Perisam Putra Samarinda, Harbiansyah Hanafiah, menegaskan tanpa APBD tim berjuluk Pesut Mahakam ini bakal gulung tikar alias bangkrut. Mencari pendanaan dari pihak swasta menurutnya sangat tidak mungkin karena bisnis sepakbola tak menguntungkan. "Saya yakin bukan hanya Persisam Putra yang terancam bubar. Tim lain yang selama ini menyusu ke APBD juga bakal mengalami hal serupa," katanya. FIRMAN HIDAYAT
Persisam Putra Terancam Bubar
Persisam Putra Samarinda, Kalimantan Timur, terancam absen dalam kompetisi mendatang jika tanpa APBD. Pengusaha tambang batubara yang digadang-gadang mampu menutupi pembiayaan Persisam Putra sulit terealisasi.Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Samarinda (APBS), Eko Priyatno, menyatakan pendapatan pengusaha tambang terutama pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) tidak meungkin bisa menyumbang dalam jumlah besar. Menurutnya, yang harus menjadi pertimbangan adalah, pengusaha batubara di Samarinda rata-rata bukan tergolong penambang kelas raksasa. "Bukan kami menolak, tapi kalau kami diharapkan menjadi penyumbang terbesar rasanya berat," kata Eko Priyatno, Rabu 15 Juni 2011. Ia menjelaskan, secara umum masyarakat menilai pengusaha atau pemegang IUP memiliki penghasilan lebih. Namun, menurutnya hal itu justru terbalik. "Kami pemegang IUP ini hanya memperoleh fee. Justru yang besar itu para kontraktor batubara," katanya. Eko mengungkapkan pengusaha batubara tidak menutup mata menyangkut kebanggaan warga Samarinda soal sepakbola. Namun, dengan kemampuan serta pembiayaan yang tak sedikit pula, tidak mungkin setiap pengusaha tambang diharuskan menyumbang dengan jumlah besar. "Kami ini hanya menambang 100 hektare. Kalau harus menyumbang besar bagaimana?" ujarnya. Ia menyebutkan tidak bisa dimungkiri bahwa perusahaan batubara harus peduli terhadap warga Samarinda. Namun, justru yang menjadi perhatian serius adalah soal warga sekitar tambang untuk menghindari konflik sosial. "Begini saja, kalau menyumbang sepakbola dibanding memenuhi kebutuhan warga sekitar tambang, bagaimana? Kami tak perlu sosialisasi," ujarnya. Sebelumnya, Siswadi, Ketua DPRD Kota Samarinda, yakin Persisam Putra Samarinda akan tetap hidup meski tanpa dana dari APBD. Ia mengungkapkan Dewan bersama pemerintah siap memfasilitasi Persisam mendapatkan dana dari pihak kedua selain APBD. "Di Samarinda ini ada lebih dari 60 tambang batubara, masak tak bisa berkontribusi. Menurut saya kebutuhan dana Persisam hanya sebagian kecil saja dari penghasilan pengusaha batubara. Saya yakin Persisam bisa hidup," kata Siswadi. Selain batubara, sumber dana juga bisa diperoleh dari pengusaha lain seperti perhotelan, reklame, dan perusahaan lain yang beroperasi di Samarinda. Siswadi yakin jika pemerintah sejalan untuk menghidupkan sepakbola tanpa APBD, Persisam bisa eksis dan menghibur ribuan warga Samarinda di kompetisi mendatang. Sebelumnya General Manajer Perisam Putra Samarinda, Harbiansyah Hanafiah, menegaskan tanpa APBD tim berjuluk Pesut Mahakam ini bakal gulung tikar alias bangkrut. Mencari pendanaan dari pihak swasta menurutnya sangat tidak mungkin karena bisnis sepakbola tak menguntungkan. "Saya yakin bukan hanya Persisam Putra yang terancam bubar. Tim lain yang selama ini menyusu ke APBD juga bakal mengalami hal serupa," katanya. FIRMAN HIDAYAT