Ditengah hiruk-pikuk pembinaan pemain muda di sejumlah kota besar. Sepakbola Indonesia justru menaruh harapan besar dari kota kecil Salatiga. Mengapa?
Mungkin tidak banyak yang mengetahui jika Salatiga yang notabene merupakan kota kecil di Jawa Tengah adalah salah satu keran bibit Garuda muda di masa depan.
Proses pembinaan pemain muda yang digagas melalui diklat sepakbola Salatiga telah banyak mencetak banyak pemain bintang tanah air.
Sebut saja pemain macam Gendut Dony, Kurniawan Dwi Julianto hingga yang paling dikenal ialah Bambang pamungkas adalah murni buah dari pembinaan pemain muda di kota kecil Salatiga.
Ketiga nama itu hanya sebagian kecil dari sejumlah pesepakbola Indonesia yang telah melegenda berkat pembinaan diklat Salatiga.
Kesuksesan ini tidak terlepas da
ri proses berjangka yang diterapkan oleh para pelatih lokal yang jeli menangkap sosok pemain muda potensial.
Namun euforia itu sempat terhenti atau justru terkesan mati suri dalam beberapa tahun terakhir. Pasca menelurkan Bambang Pamungkas, Diklat sepakbola Salatiga seakan berhenti memproduksi pemain muda potensial.
Hal itu terjadi lantaran minimnya dana serta perbedaan materi antara Diklat sepakbola Salatiga dengan Diklat yang berada di Ragunan.
Selain itu, mutu gizi yang diasup para pemain juga dinilai menjadi faktor kunci mandeknya produksi pemain muda di tanah Salatiga.
Belakangan ini praktis tidak ada satupun pemain yang memiliki kualitas serta skill yang cukup mumpuni untuk tampil membela panji merah putih. Oleh karena itu kini PSSI sebagai induk sepakbola di Indonesia kembali menyoroti pengembangan pemain muda di Salatiga.
PSSI menaruh harapan besar agar Salatiga sebagai salah satu pusat pembinaan pemain muda resmi yang ditunjuk oleh PSSI agar dapat kembali menelurkan pemain-pemain berbakat yang akan melanjutkan jejak Bepe di timnas Indonesia.
Melalui program Badan Pembinaan dan Pengembangan Usia Muda (BPPUM), PSSI berupaya keras melakukan regenerasi secara bertahap terhadap muka-muka lama yang kini masih mengisi posisi timnas senior.
PSSI berharap diklat sepakbola Salatiga dapat menyumbang pemain-pemain berbakat yang nantinya akan masukkan ke program BPPUM yang kini tengah dikembangkan oleh BPPUM.
Sasaran utama yang diincar BPPUM ialah pemain yang berada dalam rentang usia 6-12 tahun yang dinilai masih mudah dalam mencerna pembelajaran yang diterapkan.
Selain itu, turnamen dan kompetisi sepakbola usia muda juga diberlakukan untuk menjaga serta meningkatkan kualitas permainan pemain muda.
Proses panjang pembinaan pemain muda yang dilakukan oleh PSSI dan diklat Salatiga diharapkan dapat mencetak Bepe baru di tim Garuda muda di masa depan.