Penumpang Kereta Api (KA) ekonomi mengaku takut menggunakan kereta dengan banyaknya kasus perusakan dan pelemparan yang dilakukan bobotoh dan masyarakat jelang pertandingan sepak bola di Kota Bandung.
“Sejak dulu, setiap ada pertandingan sepak bola yang digelar di Kota Bandung, saya selalu takut untuk naik kereta soalnya empat tahun yang lalu kepala saya pernah terkena lemparan batu dari warga di Stasiun Kiara Condong ketika mau pulang ke Cicalengka,” kata Dani Ramdani (30) , di Statiun Bandung, Senin (24/1/2011).
Menurut dia, jika tetap akan naik KA untuk pulang dari tempat kerjanya di kawasan Jalan Ir H Djuanda, dirinya memilih untuk pulang sebelum pertandingan selesai.
“Saya memilih pulang lebih cepat atau kalau waktunya bersamaan dengan pemberangkatan bobotoh dan selesainya pertandingan, saya memilih untuk menggunakan angkutan umum yang lain, meskipun lebih mahal yang penting aman,” tuturnya.
Lela Anggaraeni (18) mengaku untuk menghindari aksi pelemparan dan perusakan oleh bobotoh, dirinya juga memilih menggunakan angkutan umum yang lain.
“Saya memilih naik angkutan kota (angkot) pulang dari kampus untuk sampai di rumah di kawasan Padalarang, tidak apa-apa lebih lama juga dibandingkan kena pecahan kaca,” tuturnya.
Kepala Humas PT KA Daop 2 Bandung Bambang Setyo Prayitno mengungkapkan, pihaknya tidak mungkin menghentikan sementara perjalanan KA jelang dan usai pertandingan sepak bola di Kota Bandung.
“PT KA tidak mungkin menghentikan perjalanan KA ekonomi, soalnya tugas kami melayani kepentingan publik. Jadi yang kami minta hanya pihak panitia penyelenggara (panpel) bertanggung jawab atas kerugian yang kami derita dan mengamankan bobotoh,” katanya. [jul]
“Sejak dulu, setiap ada pertandingan sepak bola yang digelar di Kota Bandung, saya selalu takut untuk naik kereta soalnya empat tahun yang lalu kepala saya pernah terkena lemparan batu dari warga di Stasiun Kiara Condong ketika mau pulang ke Cicalengka,” kata Dani Ramdani (30) , di Statiun Bandung, Senin (24/1/2011).
Menurut dia, jika tetap akan naik KA untuk pulang dari tempat kerjanya di kawasan Jalan Ir H Djuanda, dirinya memilih untuk pulang sebelum pertandingan selesai.
“Saya memilih pulang lebih cepat atau kalau waktunya bersamaan dengan pemberangkatan bobotoh dan selesainya pertandingan, saya memilih untuk menggunakan angkutan umum yang lain, meskipun lebih mahal yang penting aman,” tuturnya.
Lela Anggaraeni (18) mengaku untuk menghindari aksi pelemparan dan perusakan oleh bobotoh, dirinya juga memilih menggunakan angkutan umum yang lain.
“Saya memilih naik angkutan kota (angkot) pulang dari kampus untuk sampai di rumah di kawasan Padalarang, tidak apa-apa lebih lama juga dibandingkan kena pecahan kaca,” tuturnya.
Kepala Humas PT KA Daop 2 Bandung Bambang Setyo Prayitno mengungkapkan, pihaknya tidak mungkin menghentikan sementara perjalanan KA jelang dan usai pertandingan sepak bola di Kota Bandung.
“PT KA tidak mungkin menghentikan perjalanan KA ekonomi, soalnya tugas kami melayani kepentingan publik. Jadi yang kami minta hanya pihak panitia penyelenggara (panpel) bertanggung jawab atas kerugian yang kami derita dan mengamankan bobotoh,” katanya. [jul]