
Klub Indonesia Super League (ISL) 2010/2011 mengaku menderita kerugian miliaran rupiah.Itu imbas penghentian kompetisi selama dua bulan.
ISL harus berbagi space dua bulan dengan agenda training camp (TC) timnas untuk Piala AFF 2010.Efeknya, klub rata-rata menderita kerugian Rp2,15 miliar. Asumsi tersebut mengacu pada pos anggaran bulanan Sriwijaya FC (SFC),Persiwa Wamena, Persela Lamongan,dan klub promosi Semen Padang (SP).
Klub tetap membayar gaji dana komodasi, tapi pemain tidak memproduksi angka melalui kompetisi.SFC tetap mengeluarkan dana Rp2,5 miliar, meskiISLlibur.ManajerSFCHendri Zaenudin mengungkapkan, pembiayaan klub membengkak. ”Secara nonteknis kami mengalami kerugian materi cukup besar. Pemain tidak bertanding, tapi hak mereka harus dipenuhi 100%. Ini merupakan konsekuensi yang mahal.Tapi, mau bagaimana lagi? Karena, semua sama-sama belajar,” ungkap Hendri kemarin.
Laskar Wong Kito–julukan SFC–harus membayar gaji pemain dua bulan dengan nominal Rp2,5 miliar. Manajemen juga harus mengeluarkan total anggaran Rp700juta untuk akomodasi pemain. Seandainya rata-rata kerugian klub Rp2,15 miliar, bisa dikatakan pendanaan ISL yang hilang senilai Rp38,7 miliar.Hendri menambahkan, klub akan menyiapkan agenda khusus selama libur kompetisi.
”Kami harus menyiapkan uji coba internasional. Otomatis ada biaya tambahan lagi yang harus dikeluarkan. Belum lagi nantinya laga pasti dipadatkan,”kata Hendri. Suka atau tidak,klub hanya punya rasio 0,6 sampai 0,7 pekan per laga selama putaran pertama ISL. Mereka harus menyelesaikan tiga laga selama dua pekan. Molornya tata waktu putaran pertama tersebut berimbas pada akhir kompetisi.
ISL 2010/2011 diperkirakan baru selesai pada akhir Juni 2011,belum lagi klub harus bermain di Piala Indonesia. Musim depan Piala Indonesia direncanakan mulai digelar pada akhir Februari.Asisten Manajer SP Herjadi mengatakan, klub menderita kerugian total Rp2,2 miliar.Rinciannya,dana Rp2 miliar untuk melunasi gaji pemain plus akomodasi Rp200 juta.
”Rata-rata dana Rp1 miliar harus disiapkan untuk membayar gaji pemain. Kalau mereka tidak bermain, kami rugi. Belum lagi pembiayaan lainnya. Beban kami bertambah karena SP tidak mengandalkan APBD. Semua dana ditanggung perusahaan. Kami berharap Liga bisa menetapkan akhir kompetisi secara jelas. Jangan sampai mundur lagi,”kata Herjadi. Manajemen Kabau Sirah–julukan SP–sudah menyiapkan anggaran minimal Rp12 miliar untuk satu musim kompetisi.
Herjadi juga menjelaskan, Liga harus menyiapkan agenda cadangan guna mengisi jeda kompetisi dua bulan. Tujuannya untuk menjaga peak performance pemain. ”Kami harus memperbanyak uji coba. Pemain sedang panas, tiba-tiba kompetisi terhenti. Liga tampaknya harus menggulirkan turnamen kecil. Atau, setidaknya menurut area regional. Pesertanya adalah klub ISL dan Divisi Utama.
Waktu persiapan masih ada,”ujar Herjadi. Bukan hanya SFC atau tim debutan SP,Persiwa Wamena juga menderita kerugian Rp1,8 miliar. Total pembiayaan tersebut untuk membayar gaji Rp1,2 miliar dan akomodasi pemain Rp600 juta. Beban mereka bertambah bila menjalani TC di Jawa demi menjaga performa pemain. (wahyu argia)