Laga final Piala Indonesia, baru akan digelar besok malam di Stadion Mahanan Solo. Tapi suasana psywar tampaknya sudah mulai terlihat. Antara Arema dan Sriwijaya FC, mengadu fasilitas untuk memanjakan pemain-pemainnya.
Hanya saja, untuk urusan memanjakan pemain, Laskar Wong Kito, tampaknya jauh lebih unggul dibanding Singo Edan. Hal itu terlihat jelas kemarin. Karena secara kebetulan, kedua tim sama-sama menginap di Best Western Premier Hotel Solo.
Kondisi berbeda 180 derajat, terlihat jelas, tadi malam. Rombongan Arema sendiri, baru tiba sekitar pukul 19.00 WIB. Sementara Sriwijaya FC, sudah terlebih dahulu berada di hotel.
Bersamaan dengan datangnya tim Arema yang nyaris tanpa ada senyum, pemain Sriwijaya FC justru tampak penuh senyum saat keluar dari hotel. Pasalnya pemain SFC mendapat kesempatan untuk menikmati waktu bebas di luar hotel bersama keluarga yang mereka bawa.
Sebaliknya, saat pemain SFC keluar hotel dengan keluarganya, pemain Arema datang dengan stres. Bahkan kalimat pertama yang keluar dari mulut headcoach Arema, Robert Alberts adalah umpatan untuk menggambarkan kondisi bus yang ditumpanginya dari Malang ke Solo.
Menurut informasi yang diterima Malang Post yang kebetulan tiba lebih dulu di hotel dengan mobil operasional PT Liga Indonesia milik Arema, AC (Air Conditioner) bus yang ditumpangi rombongan tim Arema tidak berfungsi dengan baik. Sedangkan bus melaju tidak sesuai dengan harapan.
‘’AC dalam bus tidak berfungsi dengan baik. Menyala tapi tidak dingin, kita dalam bus jadi kepanasan, sehingga membuat kita stres,’’ ungkap Fakhrudin menggambarkan kondisi perjalanan tim Arema dari Malang ke Solo melalui jalur Mojokerto.
’’Busnya memutar lewat Mojokerto dan yang membuat kita pusing adalah bus berjalan lambat dengan kondisi AC tidak dingin,’’ terang dokter tim Arema, Albert Rudianto perihal kondisi bus Arema yang di kompalin oleh Robert Alberts selama dalam perjalanan.
Secara terpisah manajemen Arema sebenarnya sudah berupaya keras untuk mengganti bus dalam perjalanan. Hanya saja entah kenapa, pada kenyataannya tetap dengan bus yang sama hingga di Solo.
Wajar jika pemain dan pelatih Arema datang dengan wajah kusam. Bagaimana tidak, mereka tersiksa di dalam bus selama hampir 10 jam. Padahal stamina pemain harus dijaga untuk persiapan laga final.
Menempuh perjalanan dengan waktu tidak normal ini yang sepertinya membuat pemain stress. Apalagi dalam bus tersebut cukup penuh dengan 24 pemain, pelatih dan official tim Arema.
Lalu kenapa tidak naik pesawat? ’’Sudah kita tawarkan, tapi pelatih mintanya naik bus,’’ jawab manajer media officer Arema, Sudarmaji yang tiba di hotel sekitar tiga jam sebelum tim Arema datang. (bua/avi)