Share |

Arema Beri Sanksi Pemain Yang Mogok


Manajemen Arema Indonesia terus berjuang menarik pemainnya kembali menjalani latihan rutin. Sekaligus menghentikan aksi mogok yang dilakukan Pierre Njanka Beyaka dkk. Apalagi Minggu (18/7) nanti, Arema harus menghadapi Persib Bandung pada pertandingan leg pertama, babak semifinal Piala Indonesia di Stadion Kanjuruhan Kepanjen.
Manajemen melakukan pendekatan dengan bertemu pemain secara face to face sejak Sabtu (10/7) malam. Atau beberapa saat setelah pemain kembali berulah dengan menolak turun dalam uji coba dengan Blitar Selection di Stadion Gajayana, Sabtu sore. Hal ini juga dilakukan kepada jajaran asisten pelatih, termasuk coach Robert Albert meski lagi di Malaysia.
Dalam kesempatan itu, manajemen mencoba memberi pengertian kepada pemain seputar keterlambatan pembayaran satu bulan gaji dan bonus juara Super Liga. Karena apa yang menjadi hak pemain, bukan tidak dibayarkan, melainkan hanya mengalami penundaan. Sekaligus, coba mencari jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
‘’Manajemen berusaha menyelesaikan persoalan ini. Prinsipnya, manajemen bukan tidak ingin memenuhi apa yang menjadi hak pemain. Tapi hanya terjadi penundaan. Kami minta pemain mengerti dan memahami kondisi Arema. Kami juga berharap mereka bisa kembali latihan lagi dan konsentrasi lawan Persib di Piala Indonesia,’’ terang Media Officer Arema, Sudarmaji kepada Malang Post, petang kemarin.
Untuk memenuhi pembayaran tunggakan sebulan gaji pemain, manajemen Arema butuh dana Rp 700 juta. Khabarnya, kas manajemen Arema baru terdapat 15 persennya, yakni kisaran Rp 105 juta.
Manajemen pun coba menyelesaikan masalah tersebut dengan mencari dana talangan. Jadi, kata Darmaji, pemain seharusnya bisa menghormati upaya itu dengan kembali menjalani latihan dan siap kembali memberikan yang terbaik untuk Arema dan Aremania.
Terlebih, aksi pemain tersebut juga rawan berbuah sanksi. Pasalnya, aksi mogok latihan bisa dikategorikan sebagai indisipliner. Jika seperti itu, manajemen mempunyai hak untuk melaporkan hal tersebut ke PSSI melalui Komisi Displin (komdis). Terlebih, para pemain ini tercatat masih resmi pemain Arema karena masih terikat kontrak.
Sumber Malang Post menyebut, aksi mogok ini semakin memuncak di kalangan pemain, akibat ada provokasi dari oknum dalam tubuh tim. Konon, di Arema saat ini terdapat tiga kubu. Kubu pertama, yakni pemain yang jarang main karena merasa sudah tidak lagi diperpanjang Arema, lantaran raport mereka jelek.
Kedua, pemain asal luar Malang dan sudah merasa ada klub lain memintanya gabung musim depan. Sedangkan, kubu ketiga, adalah pemain asli Malang yang hanya karena solidaritas kepada pemain lain, memilih untuk ikut mogok latihan.
Menanggapi hal ini, PT Liga Indonesia, melalui Manajer komunikasi PT Liga Indonesia, Azwan Karim berharap, masalah yang terjadi di juara Super Liga 2009-2010 tersebut segera terselesaikan.
Dia menyarankan, alangkah baiknya antara pemain dan manajemen duduk satu meja mencarikan jalan keluar yang tepat. Azwan pun tidak menginginkan jika manajemen Arema sampai melaporkan aksi mogok pemain resminya itu ke PSSI, dan kemudian disikapi Komdis sebagai aksi indisipliner.
Terlebih, dikatakannya, masalah keterlambatan gaji sebulan seperti itu, masih tergolong sepele. Sebab, beberapa klub lainnya sempat menunggak gaji pemain berbulan-bulan, itupun ada yang tidak terbayarkan.
‘’Yang mengikat kedua belah pihak, itu kontrak, jadi tidak ada di Manual. Jadi, yang bisa menyelesaikan, juga pemain dan manajemen. Tapi manajemen Arema bisa saja melaporkan ke PSSI, jadi nanti PSSI atau Liga, sebagai perantara untuk menyelesaikan masalah. Jangan sampailah jika kemudian akan ada sanksi untuk pemain. Apalagi, mogok pemain ini berawal dari hal yang sepele, keterlambatan sebulan gaji saja. Sebab ada klub yang berbulan-bulan belum bayar gaji pemainnya, tapi pemain tidak sampai mogok,’’ terang Azwan. (poy/avi)
Share on Google Plus

About 12paz