
Sebagai risiko tim juara, musim depan Arema akan menghadapi sedikitnya tiga kompetisi. Indonesia Super League 2010/2011, Piala Indonesia 2011 dan satu lagi tampil di Liga Champions Asia 2011.
Menurut kalkulasi manajemen Arema, untuk musim depan tim kebangaan Aremania ini membutuhkan anggaran sekitar Rp 25 Miliar. Bahkan jumlah tersebut bisa membengkak menyusul adanya kenaikan kontrak pemain dan pelatih Arema.
Untuk kebutuhan anggaran yang tidak sedikit itu, manajamen Arema dituntut bisa menggali pemasukan dari berbagai sumber. Baik dari hasil penjualan tiket, dari pihak sponsor maupun dari upaya bisnis seperti penjualan merchandise.
Khusus untuk penjualan merchandise, manajemen Arema mematok target Rp 2 miliar pada musim depan. Setidaknya itu dari hasil penjualan hang tag resmi Arema untuk setiap produk merchandise yang dijual oleh semua produsen.
‘’Target kita dari merchandise untuk musim depan adalah Rp 2 miliar,’’ ungkap Direktur Bisnis PT Arema Indonesia, Siti Nurzanah, kemarin sore.
‘’Kalau target tentunya yang setinggi-tingginya, agar kita ada motivasi untuk mencapainya, dan ada perbaikan-perbaikan dari kekurangan yang kemarin,’’ sambungnya.
Menurutnya, target tersebut bukan sesuatu yang tidak mungkin diraih Arema, meski musim ini baru mendapatkan sekitar Rp 350 juta dari merchandise. Untuk itu, kesadaran dari pembeli, khususnya Aremania membeli produk asli menjadi kunci sukses Arema.
‘’Jadi kita harap, pembeli produk merchandise Arema, memiliki kesadaran untuk membeli produk yang memiliki hang tag resmi dari Arema, dan harusnya malu kalau membeli produk tanpa hang tag karena itu merugikan klub,’’ terang Nurzanah.
Berdasarkan hitungan dari divisi marketing, musim ini Arema mengalami kerugian sekitar Rp 200 juta lantaran banyaknya produsen merchandise yang tak mau memberi kontribusi kepada Arema dengan cara membeli hangtag.
‘’Berdasarkan evaluasi musim ini, kita belum bisa mencapai target sebesar Rp 500 juta, karena banyak hal yang masih belum sesuai dengan harapan, dan kebetulan saat ini kita masih dalam taraf sosialisasi,’’ sebut Nurzanah.
Kendala utama dari Arema untuk memaksimalkan merchandise adalah minimnya kesadaran dari produsen untuk menggunakan hang tag Arema. Khususnya produk dari luar daerah yang masuk ke Malang dijual dengan harga lebih murah.
Hang tag atau lebel resmi dari Arema ini sendiri dijual dengan kisaran harga Rp 1.500 hingga Rp 2.000. Tepatnya untuk produsen non anggota asosiasi merchandise Arema, tiap hang tag dijual seharga 10 persen dari harga kanvas. Sedangkan untuk anggota asosiasi membeli hang tag seharga 7,5 persen dari harga kanvas.
‘’Mari bersama, semua produsen untuk membeli hang tag resmi dari Arema, dan sebagai pembeli terbesar tentu akan mendapatkan penghargaan dari manajemen Arema. Kita yakin dengan kebersamaan, kita mampu memenuhi target itu. Sehingga kita tidak perlu harus menempuh jalur hukum,’’ terang Nurzanah.
Menurut rencana, pada awal bulan Juli nanti, diminta atau tanpa diminta manajemen Arema, pihak kepolisan akan melakukan razia produk merchandise yang tak memiliki hang tag atau label resmi dari Arema.
‘’Tapi yang terpenting adalah kesadaran dari pembeli, dan kita melihat Aremania mulai menyadari bahwa untuk ikut berkontribusi pada tim kesayangannya, mereka memilih produk yang memiliki hang tag resmi, dan tidak mau produk yang tak memiliki hang tag,’’ pungkas Nurzanah. (bua/avi)