Share |

Psps vs Arema = 1-1 , Arema KAMPIUN ISL 2010


Sebuah tim yang awalnya tak diunggulkan. Sebuah tim yang pada mulanya hanya bersaing agar lepas dari zona degradasi, nyatanya justru mengukir segudang prestasi. Arema memang bukan tim yang bertabur bintang. Tapi Arema mampu mencetak pemain bintang. Tidak perlu menunggu sampai kompetisi selesai, gelar juara ISL edisi kedua, bakal diboyong ke Bhumi Arema. Cukup hasil seri 1-1 (0-1) di kandang PSPS Pekanbaru,Singo Edan berhasil mengunci gelar. Hasil 67 poin yang dikumpulkan, tidak bakal mampu dikejar Persipura yang berada di posisi runner up dengan 63 poin. Apalagi kedua tim sama-sama tinggal menyisakan satu pertandingan lagi.
Kemenangan kemarin sore, bukannya diraih dengan mudah. Bahkan teramat sukar. Bukan saja menghadapi keputusan wasit yang sering merugikan Arema, tapi juga teror penonton hampir di sepanjang pertandingan.
Pertandingan juga harus dihentikan di menit 66 karena terjadi keributan. Baku pukul pun tak terelakkan lagi. Kejadian diawali dengan perebutan bola antara Noh ‘Along’ Alamshah dengan Dedi Gusmawan di pinggir lapangan sektor kiri gawang. Dalam perebutan bola itu, Along menang dan wasit Iis Isya Permana menganggap Dedi melakukan pelanggaran.
Karena dianggap peluit sudah ditiup, Along bermaksud menepis tangan Dedi yang masih memegang badannya. Diperlakukan seperti itu, Dedi emosi. Dia langsung memukul kepala Along di bagian belakang, lantaran waktu itu Along memang membelakangi Dedi.
Saat dipukul, Along sama sekali tidak bereaksi. Dia hanya mengadukan kejadian itu kepada wasit yang berada di sampingnya. Wasit tidak bereaksi. Justru pemain-pemain PSPS yang mencoba menenangkan Dedi dengan menarik dia ke tengah lapangan. Tapi saat itu Ridhuan yang berada jauh dari Dedi, mencoba untuk mengejar Dedi lantaran tidak terima Along dipukul.
Masih beruntung pemain-pemain Arema berhasil menahan Ridhuan, agar tidak sampai melakukan pemukulan kepada Dedi. Disaat bersamaan petugas keamanan ramai-ramai masuk ke lapangan untuk memisahkan pemain yang terlihat emosi.
Djumafo Herman, langsung merangkul Ridhuan dan menenangkan pemain asal Singapura itu. Ketika dalam rangkulan dan berjalan menuju ke tengah lapangan, untuk menghindari lemparan penonton, justru Ridhuan diserang oleh oknum yang memakai kostum ofisial PSPS warna hitam dengan logo PSPS di dada sebelah kiri.
Karuan saja, Ridhuan langsung tersungkur, karena pukulan oknum itu sangat telak menghantam kepala bagian belakang. Ofisial Arema yang mengetahui kejadian tersebut tidak terima. Apalagi oknum itu langsung berlari menjauh, tapi berhasil diamankan polisi, sekalipun masih sempat mendapat beberapa pukulan dari petugas keamanan.
Butuh waktu sekitar 15 menit bagi aparat keamanan untuk bisa mengembalikan pertandingan seperti semula. Namun acungan jempol pantas ditunjukkan kepada pemain dan ofisial Arema. Sekalipun mereka dianiaya. Banch cadangan selalu mendapat serangan, bahkan beberapa penonton sampai turun ke lapangan untuk menyerang. Tapi ofisial dan pemain memilih untuk terus berlindung kepada aparat keamanan.
Pelatih Robert Alberts sendiri, seperti tidak memiliki ketakutan untuk tetap berada di tengah-tengah kondisi chaos seperti itu. Dia terus saja mengumbar senyuman dan melambai-lambaikan tangan kepada penonton yang terus melempar. Justru aparat keamanan yang ketakutan kalau-kalau Robert sampai terkena lemparan. Beberapa polisi dengan tamengnya langsung mengelilingi Robert. Pelatih asal Belanda itu, juga harus diminta setengah memaksa agar masuk ke dalam banch dan terhindar dari lemparan-lemparan penonton.
‘’Kamu melihat sendiri, kenapa hal itu terjadi. Saya justru kasihan dengan Aremania. Mereka sama sekali tidak terkawal dengan baik. Tidak ada polisi yang memisahkan antara Aremania dan supporter tuan rumah. Tolong dekati mereka, ambil gambar mereka. Kalau terjadi sesuatu, kami punya bukti untuk melaporkan ke komisi disiplin,’’ kata Robert kepada Malang Post.
Tampaknya, sikap tenang Robert justru membuat pemain-pemain Arema semakin tenang. Mereka sama sekali tidak terpengaruh dengan tindakan kasar pemain-pemain PSPS, termasuk sikap ‘ndeso’ supporter tuan rumah. Bisa jadi karena fator itulah, mereka mampu membangkitkan mental juara dan bisa menyudahi pertandingan dengan hasil seri.
Termasuk ketika tanpa ada alasan apa-apa, dengan tidak terduga Arema mendapat hukuman penalti dari wasit, pemain Arema juga tidak melakukan protes yang berlebihan. Mereka semakin tenang, setelah melihat Robert juga hanya dengan tersenyum melihat keputusan itu. Bahkan untuk menunjukkan ‘protesnya’ Robert duduk di pinggir lapangan, ketika Djumafo Herman mengeksekusi penalty. Robert juga tepuk tangan, setelah tendangan itu membuahkan hasil, sekaligus menyamakan kedudukan.
‘’Saya sudah belajar banyak tentang sepak bola Indonesia. Sudahlah, semuanya adalah pelajaran. Toh kita sekarang sudah juara. Biarkan saja yang tadi. Because we are the champions,’’ kata Robert, usai pertandingan.
Robert juga terlihat jeli melihat kondisi tersebut. Meski pihak sponsor ISL, Djarum, meminta agar Arema mau menerima replika tropi di tengah lapangan, Robert menolak. Dia justru meminta kepada asisten pelatih Joko ‘Gethuk’ Susilo untuk membawa seluruh pemain langsung masuk ruang ganti, setelah pertandingan.
Dia tampaknya tidak mau, perayaan gelar juara Arema, sampai memancing emosi penonton lagi, yang sepertinya tidak ingin kandang mereka, Stadion Rumbai, dijadikan pesta oleh Arema dan Aremania. Karena ketika pertandingan selesai, lemparan botol langsung berhamburan nyaris tidak berhenti. Untuk membawa pemain Arema masuk ke ruang ganti, berpuluh-puluh polisi harus dikerahkan. Dan perayaan itu digelar didalam ruang ganti.
Share on Google Plus

About 12paz