Share |

Keith Kayamba Gumbs ‘’Musuh’’ Aremania


Siapakah orang yang paling dibenci Aremania? Namanya Keith Kayamba Gumbs, kapten Sriwijaya FC. Ketika wasit Jimmy Napitupulu memberi hadiah penalti untuk tim tuan rumah Sriwijaya FC, Kayamba sebagai kapten maju ke depan mendekati bola yang sudah diletakkan di titik putih. Dia mengambil inisitif – atau memang ditugaskan – untuk mengeksekusi penalti ke gawang Jendry Pitoy. Dari sorot kamera TV tampak raut wajahnya tenang sebelum melakukan tendangan. Sejurus kemudian, dia menendang bola keras sekali.
Ribuan Aremania di seluruh Indonesia dilanda ketegangan sebelum Kayamba menendang. Tapi ketegangan itu berubah menjadi teriakan histeris disertai dengan makian dan sumpah serapah. Tendangan penalti yang biasanya 99 persen masuk itu ternyata gagal, tendangannya melayang jauh di atas mistar gawang. Tak lama setelah itu wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai. Kayamba dan kawan-kawannya tampak kecewa, sebaliknya kubu Persipura sangat puas dengan kemenangan 2 – 1 itu, apalagi kemenangan itu diperoleh di kandang lawan.
Itu artinya, Persipura memperpendek jaraknya dengan Arema yang masih bertengger di puncak klasemen dengan nilai 63, Persipura dengan selisih tiga angka di bawahnya. Sriwijaya FC, lebih khusus lagi Kayamba, menggagalkan ambisi Arema untuk meraih gelar ISL tahun dalam dua pertandingan di kandang. Itu artinya, Arema masih belum bisa mengunci gelar dalam dua pertandingan home, masih harus menyelesaikan dua pertandingan away yang berat, sekaligus menunggu hasil pertandingan Persipura. Padahal, para Aremania menaruh harapan yang besar tim kesayangannya bisa memastikan gelar itu setelah dua pertandingan di kandang sendiri.
Laga away ke Jakarta, rencananya akan dijadikan formalitas belaka. Ribuan Aremania sudah siap ngelurug ke Jakarta, bukan untuk mendukung Arema berebut angka formalitas, tapi sekarang semuanya berubah. Gelar juara yang tadinya sudah tinggal dua langkah lagi, kini mulai menjauh dan harus diraih dengan perjuangan yang ekstra-keras. Ya, semuanya gara-gara Kayamba. Coba kalau Kayamba bisa memasukkan bola saat penalti, kondisinya akan berbeda. Tapi itulah perjuangan, harus siap bekerja keras untuk mendapat hasil maksimal.
Sebelum pertandingan di Stadion Jakabaring itu sebenarnya Aremania berharap Sriwijaya FC bisa mengalahkan tamunya. Dengan demikian langkah Arema lebih ringan, cukup memenangkan dua sisa home, gelar juara sudah di tangan. Tapi rupanya dalam hal ini tidak ada yang namanya bantu membantu, yang ada adalah bekerjalah sendiri, berjuanglah sendiri. Sejak kick off, dua tim tampak kurang serius. Seorang teman Aremania mengatakan, pertandingan itu tak ubahnya sebuah eksibisi. Sebagai tim tuan rumah, Sriwijaya tidak memiliki greget untuk mengalahkan tamunya, sebeliknya Persipura bak bermain di kandang sendiri. Mereka merajalela menguasai jalannya pertandingan.
Kedua tim menerapkan strategi menyerang dengan sistem permainan yang terbuka. Saling serang terjadi sepanjang pertandingan, tapi sekali lagi, tuan rumah kurang bernafsu untuk menang. Lini depannya mandul, sementara lini belakangnya keropos. Lihat saja, betapa mudahnya Boas Salossa dan Tinus Pay mencetak gol melalui heading memperdaya Ferry Rotinsulu. Zah Rahan Granggar mampu membalas juga melalui heading memanfaatkan tendangan penjuru. Zah Rahan sendiri kaget saat bola yang ditanduknya itu meluncur ke gawang Jendry Pitoy dengan pelan. Sriwijaya sebenarnya punya kesempatan menyamakan kedudukan, tapi ya itu tadi, Kayamba menyia-nyiakan kesempatan penalti.
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari tragedi di Jakabaring itu. Yang paling utama, Arema tidak perlu mengandalkan tim lain agar membantunya menjadi juara. Gelar juara itu harus diraih dengan perjuangan sendiri. Tidak perlu meratapi apa yang sudah dilakukan Kayamba atau strategi ’’eksebisi’’ yang diterapkan pelatih Rahmad Darmawan. Peluang Arema untuk meraih juara masih terbuka, meskipun tidak harus diraih lebih awal, sebelum kompetisi ditutup. Akan menjadi thriller kalau kemudian Arema meraih gelar itu sampai pada pertandingan yang terakhir. Tapi semua kemungkinan masih bisa terjadi.
Arema bisa juara kalau Persipura terpeleset, begitu juga sebaliknya, Persipura mampu mempertahankan gelarnya kalau terus menang dan Arema terjerembab. Inilah saatya Arema menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya sebagai tim juara, yang bisa meraih gelar tanpa bantuan pihak lain. Gelar itu akan terasa nikmat karena diraih dengan susah payah, dengan perasan keringat dan cucuran darah. Dukungan Aremania sangat dibutuhkan untuk mendampingi perjuangan tim kesayangannya sampai detik-detik terakhir. (*)
Share on Google Plus

About 12paz