
PENDIAM dan sedikit sangar. Itulah kesan awal saat bertemu sosok kiper Persipura Jandry Pitoy. Pria kelahiran Tomohon pada 15 Januari 1981 itu memang jarang bicara. Namun, kesan tersebut hilang kala sudah bergaul akrab dengannya.
Berbicara soal kemampuan, Jandry termasuk salah seorang kiper di Indonesia yang memiliki kemampuan bagus dalam naluri bola, baik cara mengatasi kemelut di depan gawang maupun mengamankan bola atas. Kiper yang sebelumnya masuk seleksi bersama Sahari Gultom (kini kiper Persikabo Kab Bogor) itu akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Persipura setelah mendapat tawaran langsung dari kapten Mutiara Hitam -julukan Persipura- Eduard Ivakdalam.
Saat itu, menurut Jandri, dirinya masih membela panji Persikota Tangerang. Ketika diajak untuk bergabung, tawaran tersebut langsung diterima.
"Seingat saya, waktu itu, Edu (sapaan karib Eduard Ivakdalam) yang menyampaikan ketika kami sedang makan di sebuah hotel di Jakarta dan ajakan tersebut saya terima," kenangnya.
Sebelumnya, pemain yang juga berstatus sebagai PNS di Dispora Kota Jayapura itu membela Persmin Minahasa pada 1997-1999, kemudian pindah ke Persma Manado pada 2000-2001 hingga bergabung dengan Persikota Tangerang pada 2002-2004. Dia akhirnya memilih hijrah ke Persipura pada 2005 hingga sekarang.
Bukan hal yang mudah bisa langsung beradaptasi dengan klub barunya tersebut. Itu disebabkan Jandry harus mengikuti seleksi. Untung, dengan niat kuat, akhirnya dia terpilih.
"Jujur, saya betah di sini. Persipura berbeda dengan tim lainnya. Di sini, saya tenang karena suasana keakraban dengan pemain maupun pengurus dan manajemen terbangun baik. Selain itu, kegiatan ibadah dilakukan rutin," katanya.
Apalagi, menurut dia, Papua dan Manado tak jauh beda soal kedaerahan. Di samping itu, jarak juga tak jauh. Dengan ketenangan itulah, pemain yang mengakhiri studi di bangku STM tersebut berniat untuk menetap di Jayapura dan menghabiskan karirnya bersama Persipura.
"Niat itu memang ada, apalagi kedua orang tua saya sangat mendukung. Prinsip saya, selagi saya bisa memberikan yang terbaik, semua akan saya curahkan untuk tim tersebut," ucapnya mantap.
Soal awal karirnya, Jandry menyukai bola sejak kecil. Hanya, saat itu, posisinya bukan sebagai kiper, melainkan bek kanan. Nah, ketika pertandingan antarkampung, timnya tak memiliki kiper. Dia pun memutuskan untuk bergeser sebagai penjaga gawang.
Pengalaman yang paling berkesan baginya adalah ketika masih berstatus sebagai murid STM kelas 1. Dengan status kiper kedua Persmin, dia mendapat panggilan untuk memperkuat timnas Indonesia di SEA Games 2002 bersama kiper PSM Samsidar, Ahmad Kurniawan, dan Wawan Darmawan.
Selama menempati posisi di bawah mistar, bukan berarti tak ada masa sulit yang dialami. Pada 2006, setelah mengantarkan Persipura mengikuti Liga Indonesia kali pertama, saat itulah pelatih Rahmad Darmawan meninggalkan Persipura dan digantikan Netto. Nah, masa reses tersebut dilewati dengan berat mengingat Persipura harus mempertahankan gelar.
Sayang, niat tersebut tak tercapai dan gelar akhirnya lepas. "Tapi, inilah Persipura yang memiliki mental tanding dan kembali membawa gelar tersebut pada 2009," tutur penggemar kiper timnas Italia Gianluigi Buffon itu. Satu hal yang belum dicapai hingga kini adalah membawa Persipura keluar sebagai juara di Piala Indonesia.
"Tiga kali kami jadi runner-up. Memang hampir semua pemain, termasuk saya, penasaran. Karena itu, tahun ini akan kami tunjukkan," ujarnya. (wen/jpnn/c6/diq)