
Eduard Ivakdalam telah lama berkiprah di belantika sepak bola Indonesia. Karirnya semakin lengkap dengan tampil di pentas Liga Champions Asia (LCA). Tapi, masih ada obsesi di benaknya yang ingin diwujudkan sebelum gantung sepatu. Apa itu?
TAMPIL di pentas Asia menjadi impian di benak Eduard Ivakdalam. Karena itu, ketika kesempatan tersebut tiba, kapten Persipura itu tak dapat menyembunyikan kegembiraan. Edu -sapaan akrab Eduard Ivakdalam- sangat antusias menyambut laga Persipura melawan klub Korea Selatan (Korsel) Jeonbuk Motors di Gelora Bung Karno, Jakarta, 22 Februari lalu. Itulah kali pertama dia tampil dalam pertandingan di level Asia.
Sayang, di atas lapangan, Jeonbuk terlalu tangguh bagi anak-anak Persipura. Jawara Korsel itu menghajar Persipura 4-1. Bagi Edu, kekalahan tersebut sangat menyakitkan.
''Berbeda hasilnya jika kami bisa menang. Kami akan pulang dengan kepala tegak ke Jayapura," ujar pemain 35 tahun itu.
Perpindahan home base dari Stadion Mandala, Jayapura, ke Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, ditengarai menjadi salah satu penyebab kekalahan telak Persipura. Dukungan untuk Mutiara Hitam -julukan Persipura- berkurang dibandingkan bila bermain di Jayapura.
Selain itu, faktor psikologis membawa pengaruh. Tampil melawan klub tangguh di level Asia menekan para penggawa Persipura. "Para pemain muda masih grogi pada awal laga. Apalagi, mereka kebobolan lebih dahulu," tutur Edu.
Ini memang kali pertama Persipura tampil di pentas Asia. Mereka sejatinya punya peluang serupa pada musim 2006. Namun, tiket itu melayang karena PSSI terlambat mendaftarkan Persipura ke AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia).
Sebagai pemain senior di Persipura, Edu pantas waswas dengan padatnya jadwal pertandingan. Tapi, dengan bekal yang dimiliki, suami Wilma Bross itu siap tampil untuk kian memperpanjang minute play-nya musim ini. Bapak dua anak tersebut selalu menambah latihan sendiri saat pemain lain sudah berhenti berlatih.
"Saya juga menghindari banyak kegiatan malam seperti judi dan sebangsanya. Di luar lapangan, saya harus bisa memberikan contoh kepada pemain lain," ujar Edu.
Untung, tugas Edu di dalam lapangan tidak seberat dulu. Dia banyak terbantu oleh pemain lainnya. "Saatnya saya memberikan kesempatan kepada yang lebih muda. Saya tinggal mengatur bola," kelakar pria yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) itu.
Edu sadar bahwa usianya tak lagi muda. Karirnya pun tak lagi panjang. Dia sudah punya ancang-ancang untuk gantung sepatu. "Mungkin satu sampai dua tahun nanti," tutur dia.
Sebelum pensiun, ada dua hal yang ingin dicapainya. ''Saya harus mencari pengganti saya sebagai panglima dalam tim. Satu lagi, saya harus masih bersama Persipura untuk menjadi juara Copa Indonesia," tegasnya. (*FEMI DIAH, Jakarta /ca)