
Pelatih Arema Robert Alberts agaknya benar-benar marah terhadap kiper Markus Haris Maulana. Sampai-sampai pelatih asal Belanda itu mengancam keluar dari Arema jika manajemen menggandoli Markus.
Robert menegaskan, pernyataan bahwa dirinya tidak membutuhkan Markus lagi di skuad Arema merupakan keputusan final. Artinya, Robert sudah mempersilakan penjaga gawang Timnas Indonesia itu meninggalkan Singo Edan "julukan Arema.
Apabila manajemen tetap mempertahankan Markus, Robert menganggap manajemen sudah melampaui kewenangan dirinya sebagai seorang pelatih. Padahal, urusan mencadangkan Markus yang akhirnya memicu keretakan tersebut adalah hak Robert dalam menangani tim. Pelatih yang mengetahui kebutuhan dan kemampuan seorang pemain.
"Markus keluar dari Arema sudah final. Jika Markus tetap dipertahankan, lebih baik saya yang keluar dari Arema," tandas Robert di sela-sela mendampingi Arema latihan futsal di Araya kemarin. Bagi Robert, pilihan keluar dari Arema bukan keputusan yang main-main karena menyangkut kredibilitasnya sebagai pelatih. Artinya, jika keputusan dirinya tidak dihargai manajemen, berarti manajemen sudah tidak respek terhadap dirinya.
Robert mengaku tidak terlalu risau kalau harus keluar dari Arema jika manajemen memaksa mempertahankan Markus. Sebab, masih banyak klub yang mau menerimanya apabila keluar dari Arema. "Tidak masalah kalau saya tidak di Arema. Saya bisa jadi pelatih di tim lain," ungkap mantan pemain Ajax Amsterdam tersebut.
Seperti diketahui, Robert memecat Markus. Sikap itu diambil Robert karena Markus dinilai tidak bersikap profesional. Markus mengancam keluar dari Arema karena kecewa tidak dimainkan saat Arema menjamu PSM Makassar (27/1) di Stadion Kanjuruhan. Padahal, waktu itu, pertimbangan Robert tidak memainkan Markus karena dianggap belum siap secara mental.
Maklum, Markus absen sekitar tiga minggu karena depresi. Jadi, Robert menilai butuh waktu bagi Markus untuk mengembalikan performanya ke level top. Robert menegaskan, sikap Markus yang tidak menghargai keputusannya dan mengancam keluar dari Arema tidak bisa ditoleransi.
Jika sikap itu dibiarkan, bisa turun wibawanya sebagai seorang pelatih. Akibatnya, pemain menjadi tidak respek terhadap dirinya. Apabila pemain sudah tidak respek, dia akan kesulitan menjadikan Arema sebagai tim yang solid di putaran kedua.
Meskipun Robert bersikukuh Markus harus keluar, manajer Arema Rendra Kresna akan tetap mengupayakan agar Markus tetap berada di tim berjuluk Singo Edan tersebut. Dia menganggap keputusan mengeluarkan Markus itu belum final karena belum mendapatkan persetujuan dari manajemen. "Kami akan pertemukan Robert dengan Markus agar ada jalan keluar yang terbaik," ucapnya kemarin.
Pertimbangan manajamen tetap mempertahankan Markus adalah mantan kiper PSMS Medan itu dianggap bisa menjadi daya tarik bagi Aremania. Terkait alasan Robert yang menilai Markus tidak bersikap profesional, Rendra mengatakan belum tentu penilaian Robert itu benar mengingat Markus merupakan salah satu pemain yang membela timnas. Rendra menduga ancaman keluar yang dilontarkan Markus kepada Robert bisa jadi karena emosional mengingat waktu itu Markus kecewa karena tidak dimainkan lawan PSM.
Semestinya, lanjut Rendra, kondisi itu bisa dimaklumi. Robert sebagai pelatih harus bisa memosisikan diri sebagai pengayom dan membina pemainnya agar bisa berperilaku lebih baik. "Kami kira kasus seperti ini sudah biasa dalam klub sepak bola. Di tim banyak pemain yang berbeda karakter. Tapi setiap persoalan antara pelatih dan pemain bisa dikomunikasikan. Bukan langsung melakukan pemecatan," ujar wabup Malang ini. (jpnn)