Share |

Pertandingan persepar vs Persebaya IPL nyaris digelar hingga subuh Hari , Ada Penalti ditengah Kegelapan , Persebaya Protes !

Kekalahan Persebaya oleh tuan rumah Persepar Palangkaraya dengan skor 2-3, Rabu (11/9), masih terasa menyesakan dada. Bahkan, kubu Bleduk Ijo resmi melayangkan surat protes ke PT Liga Prima Indonesia (LPIS) selaku operator IPL.

Protes Persebaya ke PT LPIS didasari kejanggalan dalam pertandingan yang digelar di Stadion Tuah Pahoe. Termasuk menyoroti kepemimpinan wasit Abdul Malik asal Samarinda. "Ada aktor intelektual yang menyutradarai kekalahan Persebaya. Pasti kita laporkan ke PT LPIS, termasuk kronologinya " ucap Manajer Persebaya, Saleh Hanifah.

Dalam pertandingan tersebut sempat unggul dua kali, dua gol Persebaya masing-masing dicetak Andik Vermansyah dan Han Ji-ho, akhirnya dipaksa kalah 2-3 setelah Persepar mendapat dua penalti dari wasit Abdul Malik asal Samarinda. Meski kedua penalti tersebut dinilai kontroversial, namun penalti kedua paling tidak masuk akal.

Bukan hanya proses terjadinya penalti.  Namun, tendangan 12 pas itu diberikan ketika kondisi lapangan sudah gelap kerena  pertandingan  sudah memasuki menit ke-110. Namun wasit tak kunjung meniup peluit panjang. 

Usai penalti Antonio Teles yang membobol gawang kiper Dimas Galih, peluit panjang akhirnya ditiup. "Kalau tidak ada diving, tidak penalti, ya pertandingan terus berlangsung sampai subuh,"sindir Manajer Saleh Hanifah.

Dalam pertandingan tersebut, lanjut Saleh, memang berlangsung panas. Bahkan pertandingan sempat dihentikan ketika babak kedua berjalan 25 menit. "Meski pertandingan sempat dihentikan, tambahan waktu juga tidak perlu lama. Apalagi lapangan sudah gelap, tapi wasit tidak mau menghentikan pertandingan. Sampai ada pemain Persepar yang jatuh di kotak penalti, " ucapnya.   

Fasta bukan satu-satunya tumbal dalam pertandingan tersebut. Saleh Hanifah sendiri diserang oleh salah satu ofisial Persepar. Saleh Hanifah akhirnya jatuh karena berusaha menghindar dari serangan itu. "Ini sungguh  tidak mendidik bagi masyarakat Palangkaraya. Nyata sekali wasit tak akan menghentikan pertandingan hingga tuan rumah dapat penalti kedua," ulang  Saleh.

Soal adanya skenario menghancurkan Persebaya, Saleh enggan berbicara panjang lebar. Yang pasti  kejanggalan di Palangkaraya tidak menampik adanya aktor intelektual di balik kekalahan Persebaya atas tuan rumah Persepar. "Saya tidak mau beradai-andai. Yang jelas kejadian ini sangat memalukan dan mengcoreng fair play," kecam Saleh.

Kejanggalan juga terlihat ketika selesai pertandingan. Para pemain Persepar justru mendatangi Saleh Hanifah dan meminta maaf atas kejadian di lapangan. "Maaf ya, Pak. Sabar ya, Pak. Pemain Persepar seperti tahu jika Persebaya memang dikerjai, mungkin pemain Persepar juga tidak mau ada yang mencoreng sepak bola,"ujar Saleh sambil menirukan ucapan pemain Persepar.

Yang disesalkan Persebaya, lanjut Saleh, bukan kekalahan, namun  ternyata masih ada yang tega mempermainkan sepak bola di Indonesia. "Di Surabaya, kami tidak pernah mengondisikan perangkat pertantingan untuk mengatur agar Persebaya menang," keluh pengusaha perlengkapan olahraga ini.

Di pentas kompetisi IPL, memang rawan terjadinya pengaturan hasil pertandingan. Sebab, beberapa wasit di IPL memang belum menerima gaji dari PT LPIS. Bahkan beberapa waktu lalu, perangkat pertandingan sempat mogok di Malang karena menuntut honor lebih dulu dibayar.

"Kita dikerjai habis-habisan di sini. Tidak hanya dikerjai wasit, tapi juga dipukuli ofisial tuan rumah. Pemain sudah tampil luar biasa dengan kondisi tidak mungkin menang seperti itu," ucap Pelatih Persebaya, Fabio Olivera.(dg)
Share on Google Plus

About 12paz