Komitmen PT Pengelola terhadap Persebaya kembali perlu
dipertanyakan. Sebab, setelah kompetisi selesai, mereka kembali ke
Jakarta dan tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di Surabaya.
Padahal saat ini pemain dan karyawan tengah menunggu kejelasan gajinya
selama tiga bulan.
Berulang kali keluhan disampaikan salah satu
driver Persebaya, M Maliki kepada awak media. Pria yang sehari-hari
biasa mengantarkan pemain asing pulang pergi dari mess ke apartemen ini,
mengaku sudah tiga bulan belum menerima haknya dari PT Pengelola.
Maliki
mengaku sudah utang kanan kiri untuk menghidupi keluarganya. Ia juga
sudah berulang kali mengadukan masalahnya ke Dityo Pramono sebagai bos
PT Pengelola Persebaya. Namun selalu mentah dan tak memperoleh jawaban
yang memuaskan.
"Sampai-sampai saya mengurus surat tilang pun tidak bisa," ucapnya seraya menunjukkan surat bukti pelanggaran (tilang).
Maliki
tak sendiri, salah satu Liaison Officer (LO) Persebaya, M Alip juga
mengalami hal serupa. Alip memang bukan karyawan resmi di Persebaya. Ia
tercatat hanya membantu pekerjaan orang tuanya, yakni Arifin. Namun
selama semusim ini, Alip lah yang lebih berkontribusi.
Ia
menghandle seluruh pekerjaan, mulai dari menjemput tim tamu, mengurusi
akomodasi tim tamu, hingga membuka stadion untuk latihan Persebaya.
Meski
gaji dari LO nantinya akan dibagi fifty-fifty dengan bapaknya, namun
karena tiga bulan belum gajian, Blackberry yang menjadi salah satu
barang berharganya pun terpaksa digadaikan untuk menambal kebutuhan.
"Sementara BB-nya disekolahkan dulu," canda Alip.
Telisik punya
telisik, ternyata bukan karyawan di level driver dan LO saja yang belum
menerima gaji selama tiga bulan. Dua karyawan yang memiliki posisi cukup
mentereng, yakni Media Relation Ram Surahman dan Marketing Manager Dito
Arief kabarnya juga mengalami hal yang sama.
Bukan hanya
karyawan, beberapa pemain, pelatih dan offisial yang masih terikat
kontrak juga belum menerima haknya selama tiga bulan. Gede Widiade
sendiri sudah enggan untuk memberikan talangan gaji karena uang yang
sudah ia pinjamkan, sebesar Rp 3.6 miliar, belum dilunasi oleh PT
Pengelola Persebaya.
Meski begitu, Gede masih memberikan dana
untuk pembentukan tim, termasuk untuk uang saku pemain, pelatih dan
perangkat pertandingan lainnya, plus biaya operasional, mulai dari
katering, sewa lapangan, hingga tes fisik.
Sementara itu Dityo
sendiri tak jelas rimbanya. Semenjak ditunjuk sebagai bos di Persebaya
menggantikan Llano Mahardika, Dityo memang lebih sering di Jakarta dari
pada Surabaya. Bukan hanya itu, Dityo juga susah sekali untuk dihubungi.
[sya/but]