Bintang timnas Irfan Bachdim menghadapi pilihan sulit terkait kariernya di Persema Malang.Dia belum memutuskan apakah menerima tawaran Persema yang telah memangkas nilai kontraknya hingga hampir 50%.
Pembaruan kontrak terpaksa dilakukan Persema,walau pemain naturalisasi ini sebenarnya masih terikat dua musim lagi.Sebelum kompetisi LPI digelar,Irfan menandatangani kontrak senilai Rp1,5 miliar per musim selama tiga musim sekaligus. Nominal itu tentu terlalu besar bagi manajemen yang mendapat pendanaan terbatas.Nah,di sinilah kegalauan Irfan jelas terbaca.
Di sisi lain,ia tak ingin “mengkhianati”klub yang membesarkannya.Tapi di lain pihak, pemotongan kontrak sangatlah berat. Diasumsikan saja Irfan masih meneruskan kariernya di Stadion Gajayana.Tugasnya bakal bertambah berat dibanding semasa di LPI,karena dia mengemban nama sebagai pemain bintang di Persema karena kiprahnya di timnas. Dia bakal menjadi tumpuan harapan tim sepenuhnya karena elemen lain di Persema tak secemerlang dirinya.
Beban yang sungguh berat karena seharusnya dia berada di sekitar pemain hebat untuk meningkatkan performanya lebih dari yang sekarang dicapai. Melihat komposisi tim,hanya segelintir pemain yang bisa menjadi harapan.Selain Irfan,ada pemain senior Bima Sakti dan bek bongsor Seme Patrick.Ini sinyal yang kurang bagus karena kemampuan dan pengalaman pemain lain terpaut jauh sekali.
Dalam situasi seperti ini,Irfan lebih cocok dibilang ‘the right man in the wrong place’.Mungkin dia bisa tetap menjadi bintang pujaan di Stadion Gajayana karena nyaris tanpa pesaing berarti dalam tim. Namun,situasi itu justru secara langsung mengancam karier sekaligus perkembangan kemampuannya.Jika Persema tak mampu mengarungi kompetisi sesuai angan,nama Irfan Bachdim juga menjadi taruhan dan kiprahnya di timnas bisa terancam. kukuh seyawan
Pembaruan kontrak terpaksa dilakukan Persema,walau pemain naturalisasi ini sebenarnya masih terikat dua musim lagi.Sebelum kompetisi LPI digelar,Irfan menandatangani kontrak senilai Rp1,5 miliar per musim selama tiga musim sekaligus. Nominal itu tentu terlalu besar bagi manajemen yang mendapat pendanaan terbatas.Nah,di sinilah kegalauan Irfan jelas terbaca.
Di sisi lain,ia tak ingin “mengkhianati”klub yang membesarkannya.Tapi di lain pihak, pemotongan kontrak sangatlah berat. Diasumsikan saja Irfan masih meneruskan kariernya di Stadion Gajayana.Tugasnya bakal bertambah berat dibanding semasa di LPI,karena dia mengemban nama sebagai pemain bintang di Persema karena kiprahnya di timnas. Dia bakal menjadi tumpuan harapan tim sepenuhnya karena elemen lain di Persema tak secemerlang dirinya.
Beban yang sungguh berat karena seharusnya dia berada di sekitar pemain hebat untuk meningkatkan performanya lebih dari yang sekarang dicapai. Melihat komposisi tim,hanya segelintir pemain yang bisa menjadi harapan.Selain Irfan,ada pemain senior Bima Sakti dan bek bongsor Seme Patrick.Ini sinyal yang kurang bagus karena kemampuan dan pengalaman pemain lain terpaut jauh sekali.
Dalam situasi seperti ini,Irfan lebih cocok dibilang ‘the right man in the wrong place’.Mungkin dia bisa tetap menjadi bintang pujaan di Stadion Gajayana karena nyaris tanpa pesaing berarti dalam tim. Namun,situasi itu justru secara langsung mengancam karier sekaligus perkembangan kemampuannya.Jika Persema tak mampu mengarungi kompetisi sesuai angan,nama Irfan Bachdim juga menjadi taruhan dan kiprahnya di timnas bisa terancam. kukuh seyawan