Kunjungan Frengky Pare Kagoya (14), anak seorang petani di Kotamulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, ke rumah Pak Kapolsek sore itu mungkin takkan pernah ia lupakan. Di rumah itu, Frengky tak sengaja membaca sebuah iklan surat kabar lokal yang menyedot perhatian. Isinya, penjaringan bibit muda pesepakbola Tunas Garuda.
“Saya minta Bapak (Kapolsek-red) bawa pulang (koran),” kata siswa kelas 1 SMAN I Kotamulia, Puncak Jaya, Papua itu.
Sesampainya di rumah, Frengky langsung menunjukkan koran itu ke kakak sulungnya, Verina Kagoya. Sekata dengan orangtuanya, Verina, PNS di Dinas Pertanian setempat, langsung setuju adik bungsunya mengikuti seleksi Tunas Garuda di Sentani, Jayapura, 45 menit perjalanan udara dari Puncak Jaya.
“Kakak bilang ‘ya sudah kau turun’. Kakak yang biayai naik pesawat,” cerita Frengky.
Di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Jayapura, asa itu pun mulai dirangkai. Frengky, yang selama di Jayapura tinggal di kos kakaknya yang lain, terpilih menjadi empat pemain terbaik seleksi Tunas Garuda. Bersama Terens Owang Prisca (15), Mariano Orthis Padokan (15) dan Yunus Novriandi Modow (16), ia akan dikarantina di Jakarta untuk mengikuti pelatihan.
“Empat anak terbaik dari sembilan kota akan kita pilih 18 untuk bertanding melawan tim Arsenal junior di London akhir Oktober ini,” kata Barnas Kamora, konsultan komunikasi DPP Partai Demokrat, penyelenggara Tunas Garuda.
Ditanya soal London, Frengky, yang baru sekali menginjak Jakarta, ini mengaku tidak punya bayangan mengenai ibukota Inggris itu. “Saya cuma ingin ke sana,” katanya.
Di antara 4 anak terbaik itu, Frengky-lah yang paling minim pengalaman. Jika Yunus dan Orthis pernah ikut bergabung di timnas usia dini, Frengky baru bergabung di tim Kabupaten Puncak Jaya . Di kampungnya yang berada di ketinggian 4.000an meter dpl itu, pun belum ada sekolah sepakbola.
“Saya cuma main-main biasa saja. Baru dapat event, dong (kita-red) turun,” kata Frengky mengaku biasa bermain di lapangan ‘menanjak‘ ini.
Di Jakarta nanti, Frengky berjanji akan berlatih sebaik mungkin, agar pengorbanan kakaknya, yang telah membelikannya tiket pesawat Rp 2,4 juta, tidak sia-sia. Tak hanya sampai di ibukota, anak gunung itu pun ingin menjajal kota yang tak pernah terbayangkan olehnya, London.
( lrn / arp )
“Saya minta Bapak (Kapolsek-red) bawa pulang (koran),” kata siswa kelas 1 SMAN I Kotamulia, Puncak Jaya, Papua itu.
Sesampainya di rumah, Frengky langsung menunjukkan koran itu ke kakak sulungnya, Verina Kagoya. Sekata dengan orangtuanya, Verina, PNS di Dinas Pertanian setempat, langsung setuju adik bungsunya mengikuti seleksi Tunas Garuda di Sentani, Jayapura, 45 menit perjalanan udara dari Puncak Jaya.
“Kakak bilang ‘ya sudah kau turun’. Kakak yang biayai naik pesawat,” cerita Frengky.
Di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Jayapura, asa itu pun mulai dirangkai. Frengky, yang selama di Jayapura tinggal di kos kakaknya yang lain, terpilih menjadi empat pemain terbaik seleksi Tunas Garuda. Bersama Terens Owang Prisca (15), Mariano Orthis Padokan (15) dan Yunus Novriandi Modow (16), ia akan dikarantina di Jakarta untuk mengikuti pelatihan.
“Empat anak terbaik dari sembilan kota akan kita pilih 18 untuk bertanding melawan tim Arsenal junior di London akhir Oktober ini,” kata Barnas Kamora, konsultan komunikasi DPP Partai Demokrat, penyelenggara Tunas Garuda.
Ditanya soal London, Frengky, yang baru sekali menginjak Jakarta, ini mengaku tidak punya bayangan mengenai ibukota Inggris itu. “Saya cuma ingin ke sana,” katanya.
Di antara 4 anak terbaik itu, Frengky-lah yang paling minim pengalaman. Jika Yunus dan Orthis pernah ikut bergabung di timnas usia dini, Frengky baru bergabung di tim Kabupaten Puncak Jaya . Di kampungnya yang berada di ketinggian 4.000an meter dpl itu, pun belum ada sekolah sepakbola.
“Saya cuma main-main biasa saja. Baru dapat event, dong (kita-red) turun,” kata Frengky mengaku biasa bermain di lapangan ‘menanjak‘ ini.
Di Jakarta nanti, Frengky berjanji akan berlatih sebaik mungkin, agar pengorbanan kakaknya, yang telah membelikannya tiket pesawat Rp 2,4 juta, tidak sia-sia. Tak hanya sampai di ibukota, anak gunung itu pun ingin menjajal kota yang tak pernah terbayangkan olehnya, London.
( lrn / arp )