Surat elektronik Direktur Asosiasi dan Pengembangan Anggota FIFA Thierry Regenass pada semua media di Indonesia yang berisi tentang penolakan FIFA atas pembentukan Komite Pemilihan dan Komite Banding dalam Kongres PSSI di Hotel Sultan, Kamis (14/4), memukul kubu perubahan yang dibiayai Arifin Panigoro (AP).Bahkan kini santer beredar money politic dijadikan jurus utama Arifin untuk meloloskan keinginannnya.
Beberapa pengamat menilai, keberanian Komite Nasional (KN) untuk mengukuhkan ambisi kubu pembaharuan yang dikomandani Saleh Ismail Mukadar dan Wisnu Wardhana itu merupakan langkah yang terlalu berisiko.
Sejumlah kalangan mengkritik KN atas keputusan mereka pada 14 April. Sebab dalam keputusan yang diumumkan melalui situs FIFA, 4 April dikatakan KN akan berfungsi sebagai komisi pemilihan (would act as an electoral commission).
”FIFA dari awal hanya menugaskan Komite Normalisasi untuk menjalankan proses pemilihan ketua umum sesuai aturan. Saya kira keberadaan Komite Normalisasi telah keluar dari fungsi sebenarnya,” ujar Yopie Yopie Lumoindong, pengamat sepak bola dan mantan Direktur Teknik PSM Makassar, Sabtu (16/4).
Soal kritik itu, Agum menyatakan, keputusan KN sesuai Statuta PSSI dan Statuta FIFA. ”Dalam statuta, Komite Pemilihan dan Komite Banding dibentuk lewat kongres,” katanya.
Menurut mantan Direktur A BIA (Badan Intelijen ABRI) ini, pihaknya tidak mau mengambil tindakan atau memutuskan sesuatu di luar koridor Statuta PSSI atau FIFA. Dicontohkan, ketika ada desakan dari mayoritas anggota PSSI dalam kongres 14 April agar forum saat itu menganulir keputusan FIFA terkait pencalonan para kandidat yang telah dilarang FIFA, dia dengan tegas menolak.
”Saat disodori keputusan (pemutihan hukuman bagi mereka yang dijatuhi sanksi Komisi Disiplin PSSI) untuk saya tanda tangani, saya bilang ‘No! No!’,” katanya. ”Percayalah kepada saya. Saya tidak punya kepentingan apa-apa, kepentingan mencari kedudukan pribadi, kepentingan mengegolkan satu calon.”
Namun, dia mengaku tidak bisa menutup telinga atas permintaan sebagian anggota PSSI yang menginginkan beberapa dari empat kandidat yang dilarang itu bisa maju dalam pencalonan. Hal itu juga akan ditanyakan kepada Blatter. ”Kalau keputusan FIFA tidak boleh, ya sudahlah.”
Seperti diketahui surat elektronik dari Regenass sangatlah tegas dan harus dilaksanakan, ”Komite Normalisasi adalah komite pemilihan, tidak perlu ada komite lain yang dipilih.”
Dia menegaskan, empat kandidat yang pernah ditolak Komite Banding Pemilihan PSSI pada 28 Februari tidak boleh maju dalam pencalonan ketua umum PSSI 2011-2015. ”Jika PSSI tidak mengimplementasikan keputusan FIFA, mereka bisa dijatuhi sanksi,” ujar Regenass dalam surat elektronik tersebut.
Sedangkan wartawan olahraga senior yang dekat dengan dunia sepakbola Indonesia , Torro, dalam FB-nya mengatakan, bahwa dia sangat kecewa terhadap Arifin yang selama ini dinilai sangat kapabel untuk menjadi pengurus PSSI. Kekecewaannya itu muncul, karena pasca beredarnya surat elektronik Direktur Asosiasi dan Pengembangan Anggota FIFA Thierry Regenass, ternyata beberapa oknum anggota kubu perubahan mengatasnamakan utusan Arifin membagi-bagi fulus untuk membujuk pemegang hak suara.
Menurut dia, Komite Normalisasi sebagai bagian dari FIFA adalah Komite Pemilihan, jadi tidak perlu ada lagi Komite Pemilihan yang kemarin dibentuk lagi. Karena itu, Komite Pemilihan bentukan Kongres 14 April dipastikan batal demi instruksi FIFA.
Torro juga membuat status yang sangat kontroversi. Dia menulis, “Keputusan FIFA yang menyebutkan empat kandidat Ketum yang sudah dilengeserkan tidak bisa dipilih, ternyata tetap ngotot untuk dipertahankan. Terbukti, ada instruksi dari petinggi tentara Indonesia, agar semua Danrem dan Dandim setempat sudah memberi instruksi kepada pemilik hak suara untuk jangan memilih siapa-siapa dulu, kecuali memilih George Toisutta dan Arifin Panigoro. Gendeng.....!
Sedangkan posisi Komite Pemilihan yang dibentuk Komite Normalisasi atas desakan kubu perubahan yang diusung 78 pemegang hak suara di Pekanbaru, ternyata bekerja dengan sangat cepat. Padahal, Komite Pemilihan belum disahkan FIFA. Namun, sudah membuat keputusan, bahwa formulir pemilihan ketum, waketum dan anggota exco dimundurkan sampai 23 April 2010 nanti, yang seharusnya ditutup 17 April 2011.
Kubu perubahan yang diusung gembongnya Arifin Panigoro, seperti masih percaya diri, bahwa FIFA akan memutihkan 4 kandidat ketum yang pernah diputuskan tidak bisa lagi mencalonkan. Namun, Jumat (15/4) sore ketua KN, Agum Gumelar masih kompromi untuk mensahkan pemunduran jadwal pemulangan formulir dari 17 April menjadi 23 April. Kubu perubahan optimis, Goerge Toisutta dan Arifin Panigoro masih punya peluang untuk dipulihkan oleh FIFA.
Mengapa kubu perubahan super ambisi menguasai Komite Normalisasi? Ternyata, kubu perubahan yang di backup Arifin Panigoro, benar-2 frustasi karena ‘DUA KEBO-nya’ terpenjara oleh surat FIFA, 4 April 2011 lalu. Sementara, kubu perubahan tidak siap dengan calon-2 kandidatnya.
Sedangkan kelompok perubahan yang menolak tidur di hotel Sultan memilih bermalam di Hotel Sahid Jakarta. Ironisnya perpindahan lokasi tidur itu, ternyata merupakan bagian dari gereliya di Hotal Sultan hingga malam. Para pimpinan kelompok perubahan, membujuk anggota KN sambil menawarkan dana menggiurkan, jika tertarik menandatangani surat buat tim Arifin Panigoro yang dikoordinasikan oleh Wijayanto dan dibantu oleh Djohar Arifin dan Dityo Pramono, CEO Medan Bintang yang juga menjadi anggota KN. Ima,ins