Share |

Bontang FC Makin Kritis


Kerja keras tampaknya harus lebih ditingkatkan manajemen Bontang FC (BFC) agar pembentukan tim kelar sebelum Indonesia Super League (ISL) digelar pada 26 September mendatang. Sumber dana yang diharapkan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBDP) 2010, ternyata tidak mengakomodir kepentingan BFC. Minimnya anggaran, serta kekhawatiran menyalahi aturan, membuat tim berjulukan The Reds Equator itu harus menunggu hingga pembahasan anggaran murni 2011.
Nur Salam, anggota Komisi II, yang juga anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Bontang mengatakan saat ini sulit baginya dan anggota Banggar lain menyepakati permintaan manajemen BFC yang mengajukan dana hingga Rp 6 miliar. Pasalnya, saat ini Pemkot Bontang juga memiliki agenda olahraga yang tidak kalah penting, Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) yang rencananya digelar pada 11-19 Desember 2010. Dana yang dialokasikan pun tidak kecil, mencapai Rp 32 miliar.
“Ada prioritas lain yang sangat mendesak. Porprov membuat kami harus berpikir ulang untuk memberikan dana bagi BFC saat ini. Kalau kami paksakan dana untuk tim sepak bola, konsekuensinya penyelenggaraan Porprov akan terganggu,” ujar Salam
Ia mengaku, kalaupun dana bagi BFC bisa dimasukkan, paling cepat pada pembahasan anggaran APBD 2011. Dari penuturannya, manajemen BFC meminta total anggaran Rp 21 miliar, yang sebagian di antaranya dimasukkan dalam APBDP 2010. Namun ini menjadi kesulitan karena pada APBD murni 2010, dewan sudah menyetujui pengucuran dana Rp 11 miliar. Ia tidak ingin, DPRD Bontang terseret kasus hukum karena menyalahi Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 59 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri (SE Mendagri) nomor 903/187Sj tentang Larangan Penggunaan Dana APBD secara rutin bagi klub sepak bola.
“Kami tidak ingin menyeret anggota dewan dalam kasus hukum karena menyalahi aturan. Kami juga tidak mungkin dalam satu tahun mengucurkan dana dua kali bagi tim sepak bola. Itu jelas aturannya,” ujar politisi dari Partai Golkar itu.
Nur Salam juga mengatakan, kasus terlambatnya gaji pemain BFC musim lalu yang tertunggak dari bulan Juni, seharusnya sudah dipikirkan sejak jauh hari. Meski ia menilai hal itu tidak menjadi bagian yang harus dipikirkannya, namun sebagai warga Bontang, ia merasa malu karena kasus tersebut menyeret seluruh elemen masyarakat Bontang. Citra daerah dipertaruhkan.
“Dalam anggaran yang sudah diserahkan kepada kami sebelum menyetujui anggaran di awal tahun, semuanya sudah disebutkan termasuk pembayaran gaji. Kalau sekarang hal itu jadi masalah, maka pengurus BFC harus bertanggung jawab menyelesaikannya,” ujar Salam.
Kini, ia pun berharap jajaran pengurus BFC harus bisa mencari alternatif dana untuk membayar gaji yang tertunggak. “Di sinilah peran pengurus dituntut bisa mencari solusi persoalan yang melilitnya. Bukannya kami menutup mata, tapi untuk saat ini, kami tidak bisa membantu secara kelembagaan,” ujarnya.
Salam juga mengatakan, jika sejauh ini Banggar belum melakukan pembahasan atas permintaan manajemen BFC yang meminta anggaran timnya masuk dalam APBDP.
“Sejauh ini kami belum melakukan pembahasan terkait permintaan BFC. Jadi tidak mungkin dalam waktu dekat dana itu akan cair,” ujar Salam.
Namun saat hal ini dikonfirmasi ke manajemen BFC, nada bantahan muncul. Andi Faizal Hasdam, Manajer Umum BFC mengaku jika sudah ada pembicaraan dengan DPRD. Tapi saat dikejar soal isi kesepakatan dan kapan waktu persetujuan itu, Ical, begitu ia biasa disapa, tidak bisa menjelaskannya. “Sudah ada (pembicaraan, Red.). Rahasia,” begitu penuturan Ical soal isi kesepakatan dari pembicaraan itu.
Sementara itu, dari kasus terlambatnya pembayaran gaji, kini pemain BFC yang merupakan bagian dari tim musim lalu, melakukan aksi mogok latihan. Bahkan aksi ini juga diikuti oleh pemain yang baru bergabung. Salah seorang pemain yang enggan namanya disebutkan, mengaku sangat kecewa dengan janji-janji yang diberikan manajemen. Apalagi saat ini menjelang lebaran, di mana kebutuhan ekonominya meningkat.
“Saya tidak mungkin meninggalkan Bontang karena selain gaji yang belum dibayar, saya sebenarnya juga sangat senang bermain di sini. Sosok Fakhri Husaini (pelatih BFC, Red.) menjadi salah satu alasan kenapa saya bertahan. Tapi kalau kondisinya seperti ini terus, saya, dan mungkin pemain lain akan secepatnya mencari klub baru,” tutur pemain tersebut.
“Saya dan pemain lain akan tetap mogok latihan sampai gaji kami dibayar. Kami sudah bosan dengan janji-janji manajemen. Toh gaji yang kami tuntut juga hak yang seharusnya kami dapatkan setelah bekerja keras menyelamatkan tim ini musim lalu,” imbuh pemain tersebut. (obi/jpnn/jon
Share on Google Plus

About 12paz