
Asa PS Mojokerto Putra (PSMP) untuk lolos delapan besar kembali terbuka. Itu terjadi setelah Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) bersikukuh memberikan sanksi pengurangan poin kepada Persikabo Kabupaten Bogor. Hal tersebut tertuang dalam keputusan FIFA yang ditetapkan di Zurich pada 15 April 2010 dengan nomor 090055.
Surat itu sekaligus menjawab kasus pemain Persikabo asal Kamerun Ndjee Bakena Noah yang melapor ke FIFA karena gajinya tidak dipenuhi manajemen. Salah satu isi surat tersebut, pembayaran denda dan pelunasan segala tunggakan Persikabo kepada Ndjee Bakena Noah tidak secara otomatis membatalkan pengurangan poin Persikabo.
Surat yang ditulis dalam bahasa Inggris tersebut juga mencantumkan beberapa sanksi untuk PSSI, jika tidak mematuhi isi keputusan itu. Yaitu, larangan mengikuti segala kompetisi resmi di bawah FIFA.
Ketua Biro Hukum PSMP Adianto Mardijono menjelaskan, surat keputusan FIFA itu dikeluarkan bukan karena upaya hukum PSMP. Itu fakta hukum. Sebab, lolosnya PSMP ke delapan besar tersebut benar adanya, ujar Adianto kemarin (19/4).
Karena itu, PSSI harus segera mengambil sikap atas keputusan dari organisasi sepak bola dunia tersebut. Mereka (PSSI, Red) juga harus mengumumkan kepada pecinta sepak bola bahwa keputusannya meloloskan Persikabo ke partai delapan besar itu keliru, tambah Adianto.
Sebelumnya, PSMP melayangkan protes kepada PSSI setelah organisasi yang dipimpin Nurdin Halid itu tidak konsisten dengan keputusannya. Yakni, keputusan PSSI dengan nomor 51/VI/2009 dan surat PT LI tertanggal 23 Desember 2009 tentang pengurangan poin Persikabo. Ternyata, pengurangan poin itu dibatalkan dan meloloskan Persikabo ke delapan besar musim 2009-2010.
Sementara itu, penanggung jawab PSMP Vigit Waluyo menyatakan, timnya terus mempersiapkan diri untuk tampil di partai delapan besar Divisi Utama. Kami selalu konsisten dan serius untuk terlibat di Liga Indonesia dan Piala Indonesia. Jadi, persiapan yang kami lakukan untuk itu juga maksimal, tambahnya.
Sayang, surat dari FIFA itu ternyata tak mendapatkan tanggapan serius dari PSSI. Itu bisa dilihat dari komentar Sekjen PSSI, Nugraha Besoes kemarin (19/4). Dengan santai, Nugraha menyatakan belum menerima surat peringatan tersebut.
"Belum ada surat dari FIFA. Kalau surat peringatan seperti itu sudah biasa. Tidak ada yang perlu ditanggapi serius," ucap Nugraha. "Tapi maaf, saya belum bisa komentar lebih jauh sebelum membaca salinan surat FIFA itu," sambungnya.
Situasi ini tentu saja membuat kubu Persikabo yang sebelumnya sempat bernafas lega bingung. Maklum, PSSI pernah menjamin pembatalan pengurangan nilai sudah sesuai dengan aturan. Sehingga, Persikabo berhak lolos ke delapan besar.
"Awalnya bilang sudah sesuai aturan, tapi sekarang kok ada surat peringatan dari FIFA?," kata Masan Djadjuli, manajer Persikabo, ketika dihubung. "Sekarang kami tidak tahu lagi mau bagaimana. Yang jelas, kami tetap menuntut nilai Persikabo tidak dikurangi," cetusnya.
Persikabo layak ngotot. Itu dilatarbelakangi perlakuan PSSI terhadap Persisam Samarinda. Seperti diberitakan sebelumnya, FIFA juga menjatuhkan hukuman denda dan pengurangan nilai terhadap Persisam. Persisam dinyatakan bersalah karena tidak melunasi gaji dan kontrak pelatih Vata Matanu Garcia yang diputus kontrak pada musim 2007-2008.
Lewat lobi langsung ke Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, hukuman pengurangan tiga poin itu dibatalkan. Namun, hukuman denda dan kewajiban pelunasan sisa gaji dan kontrak tetap harus dibayarkan. Karena itulah Persikabo minta perlakuan sama karena dilihat dari kasusnya mirip dengan Persisam.
Sementara itu, CEO PT LIga Indonesia Joko Driyono menyatakan masih akan membahasnya. "Keputusan final keikutsertaan Persikabo dalam babak delapan besar Divisi Utama baru akan diputuskan pada 21 April nanti," kata ujar Joko Driyono. [dik/diq/