Ranah Minang berduka, Indonesia menangis. Gempa berkekuatan 7,9 SR yang menggoncang sebagian wilayah Sumatera Barat, kemarin, menimbulkan kepanikan bagi sejumlah pesepakbola asal Kota Rendang yang bermain di luar kampung halaman. Bagaimana tidak, begitu mengetahui ada gempa, mereka langsung mengontak sanak saudara. Namun sulit melakukan komunikasi lewat telepon, karena jaringan sempat terputus.
Ade Suhendra, pemain PSPS Pekanbaru yang juga tim peserta DISL (Djarum Indonesia Super League) 2009/2010 kepada djarumsuper mengatakan, saat terjadi gempa skuad tim berjuluk Askar Bertuah tengah melakukan latihan rutin tak jauh dari Stadion Rumbai. "Waktu latihan, kami juga merasakan getaran gempa. Tapi belum tahu kalau gempa terjadi di Padang," kata Ade.
Seperti biasa, usai latihan, Ade menghabiskan waktu di depan televisi. Ketika mengetahui bahwa kampung halaman luluhlantak lantaran gempa, mantan pemain Persija Jakarta kontan panik. Tanpa buang waktu, Ade segera menghubungi nenek dan adik-adiknya yang berada di Padang Pariaman. Sedangkan orangtuanya berada di Pekanbaru. "Saya tak bisa berkomunikasi karena jaringan putus. Saya panik. Saya khawatir terjadi sesuatu sama nenek dan adik-adik. Karena nggak bisa dihubungi lewat handphone, saya menanyakan kondisi mereka lewat SMS (pesan singkat)", terang Ade.
Ade sempat menunggu beberapa waktu, sampai akhirnya mendapat balasan. Waktu membaca nenek dan adik-adiknya selamat, Ade mengucap syukur kepada Sang Khalik. "Alhamdulillah, mereka baik-baik saja. Hanya rumah yang rusak, itupun nggak terlalu parah," tandas Ade.
Kepanikan juga menyelimuti Oktavinus, pemain Sriwijaya FC. Seperti halnya Ade, Oktavinus mengetahui adanya gempa secara tak sengaja. Dia mengetahui setelah membuka Facebook di handphone. Seorang teman menulis di wall-nya yang memberitahu bahwa Padang didera gempa maha dahsyat. "Ketika itu kami baru saja usai melakukan ujicoba melawan Semen Padang di Stadion Jakabaring. Saat membaca pesan di Facebook, saya mencoba menghubungi orangtua, namun tak ada nggak bisa-bisa karena nggak ada jaringan," tutur Oktavinus.
Meski sulit, Oktavinus terus mencoba. Dia khawatir betul dengan keluarganya yang tinggal di Koto Baru, Padang Kota. Wajah orang tua maupun saudaranya terbayang jelas di kepalanya. Hatinya cemas. Sembari berdoa, Oktavinus akhirnya bisa berkomunikasi dengan kelurga. "Syukur alhamdullah, semua keluarga selamat. Hanya rumah saya dan rumah orang tua reta-retak. Sejumlah perabotan, seperti kulkas, taperecorder, televisi, dan keramik hancur," jelasnya.
Yang menyedihkan, hari ini (1/10) adalah hari jadinya yang ke-28 tahun. Okatavinus sudah menyiapkan pesta kecil-kecilan bersama teman-temannya di Palembang dan menunggu ucapan selamat ulang tahun dari orang tua serta handai taulan di Padang, seperti tahun-tahun sebelumnya. Apa boleh buat, bukannya mendapat ucapan selamat panjang umur melainkan berita duka. "Mau bilang apa lagi," tuturnya sedih.
Menurut Oktavinus, pemain berdarah Minang yang bermain di Laskar Wong Kito tak hanya dirinya. "Bobby Satria juga main di sini. Dia juga dilanda kepanikan. Aku tanya ke dia, Bob bagaimana keluargamu? Dia bilang, belum tahu. Aku sudah coba telepon tapi nggak bisa-bisa. Jadi aku belum tahu bagaimana kabar keluargaku," kata Oktavinus menirukan kata-kata Bobby Satria.
Sumber mengatakan, rumah Bobby rusak parah. Belum diketahui secara pasti bagaimana nasib keluarganya. Sampai tulisan ini diturunkan, Bobby tak bisa dihubungi. "Semoga tak terjadi apa-apa dengan keluarganya," kata Oktavianus.
Ade dan Oktavinus mengatakan, mereka tetap semangat menyongsong DISL yang rencananya bakal dimulai 11 Oktober mendatang. Mereka berharap tak ada gempa susulan, apalagi gelombang arus pasang (tsunami).

