
Komite Normalisasi (KN) tampaknya sudah belajar dari kegagalan Kongres PSSI pada 20 Mei lalu. Akibat terlalu banyak toleransi, rapat tertinggi federasi sepak bola Indonesia itu tidak menghasilkan putusan apaun alias berakhir deadlock. Setelah dilakukan lobi-lobi oleh berbagai pihak, FIFA akhirnya memberi kesempatan terakhir kepada PSSI untuk menggelar kongres hingga 10 Juli mendatang.
Nah, agar deadlock tidak terulang lagi, KN menyatakan akan sangat tegas dalam pelaksanaan kongres biasa yang berubah menjadi Kongres Luar Biasa (KLB) 9 Juli nanti di Solo. Hujan interupsi yang menjadi sebab kongres tak menghasilkan apapun pada 20 Mei nanti tidak akan diberi ruang.
Menurut Anggota KN Joko Driyono, pada KLB nanti KN tidak segan-segan mengusir peserta KLB yang ngotot melakukan interupsi yang tak sesuai dengan agenda. KLB di Solo nanti punya satu agenda, yakni memilik Ketum, Waketum, dan sembilan anggota Exco PSSI periode 2011-2015.
"Pertama kami tentu terlebih dulu akan memberikan peringatan jika peserta Kongres tetap memaksakan melakukan interupsi di luar agenda Kongres. Tapi jika tetap ngotot, kami tak segan-segan mengeluarkannya dari ruang Kongres. Ini karena Kongres harus bisa memilih pengurus baru PSSI," cetus Joko Driyono.
Untuk menertibkan interupsi, pada KLB nanti KN akan menerapkan mekanisme berbicara bagi peserta. "Standar persidangan tidak berubah. Tapi nanti di KLB jika ada yang ingin bicara harus minta ijin," sambungnya.
Joko mengungkapkan, nama-nama yang masuk dalam daftar interupsi, selanjutnya harus mendapatkan izin untuk berbicara. Jika sudah mengantongi izin, mereka bebas berbicara. Tapi harus sesuai agenda Kongres.
CEO PT Liga Indonesia ini mengungkapkan jika hal itu diterapkan oleh FIFA pada kongres 1 Juni lalu. "Saya lihat di kongres FIFA seperti itu. Biar teratur. Yang ingin bicara terlebih dulu harus mengisi formulir. Kalau bicara di luar koridor akan diperingatkan. Kalau tidak nurut, ya akan dikeluarkan dari ruangan kongres," beber Joko Driyono.
Selain mekanisme tata cara berbicara, pada KLB nanti juga akan diterapkan fasilitas electronic voter (e-voter). Tapi e-voter tidak akan dipakai dalam pemilihan Ketum, Waketum, dan anggota Exco sebagaimana ditakutkan pemilik suara pendukung George Toisutta-Arifin Panigoro.
"E-voter hanya dipakai untuk menyetujui ketentuan dan bukan untuk memilih orang. E-voter Hanya untuk memberikan jawaban setuju, tidak setuju, atau abstain. Untuk pemilihan tetap mengacu pada standard electoral code FIFA," terang Joko Driyono pula. (ali)
Nah, agar deadlock tidak terulang lagi, KN menyatakan akan sangat tegas dalam pelaksanaan kongres biasa yang berubah menjadi Kongres Luar Biasa (KLB) 9 Juli nanti di Solo. Hujan interupsi yang menjadi sebab kongres tak menghasilkan apapun pada 20 Mei nanti tidak akan diberi ruang.
Menurut Anggota KN Joko Driyono, pada KLB nanti KN tidak segan-segan mengusir peserta KLB yang ngotot melakukan interupsi yang tak sesuai dengan agenda. KLB di Solo nanti punya satu agenda, yakni memilik Ketum, Waketum, dan sembilan anggota Exco PSSI periode 2011-2015.
"Pertama kami tentu terlebih dulu akan memberikan peringatan jika peserta Kongres tetap memaksakan melakukan interupsi di luar agenda Kongres. Tapi jika tetap ngotot, kami tak segan-segan mengeluarkannya dari ruang Kongres. Ini karena Kongres harus bisa memilih pengurus baru PSSI," cetus Joko Driyono.
Untuk menertibkan interupsi, pada KLB nanti KN akan menerapkan mekanisme berbicara bagi peserta. "Standar persidangan tidak berubah. Tapi nanti di KLB jika ada yang ingin bicara harus minta ijin," sambungnya.
Joko mengungkapkan, nama-nama yang masuk dalam daftar interupsi, selanjutnya harus mendapatkan izin untuk berbicara. Jika sudah mengantongi izin, mereka bebas berbicara. Tapi harus sesuai agenda Kongres.
CEO PT Liga Indonesia ini mengungkapkan jika hal itu diterapkan oleh FIFA pada kongres 1 Juni lalu. "Saya lihat di kongres FIFA seperti itu. Biar teratur. Yang ingin bicara terlebih dulu harus mengisi formulir. Kalau bicara di luar koridor akan diperingatkan. Kalau tidak nurut, ya akan dikeluarkan dari ruangan kongres," beber Joko Driyono.
Selain mekanisme tata cara berbicara, pada KLB nanti juga akan diterapkan fasilitas electronic voter (e-voter). Tapi e-voter tidak akan dipakai dalam pemilihan Ketum, Waketum, dan anggota Exco sebagaimana ditakutkan pemilik suara pendukung George Toisutta-Arifin Panigoro.
"E-voter hanya dipakai untuk menyetujui ketentuan dan bukan untuk memilih orang. E-voter Hanya untuk memberikan jawaban setuju, tidak setuju, atau abstain. Untuk pemilihan tetap mengacu pada standard electoral code FIFA," terang Joko Driyono pula. (ali)