Saturday, August 28, 2010

Tanpa Penonton, Penalti 100 Juta


Banyaknya pertandingan tanpa penonton di ajang Indonesia Super League (ISL) musim lalu membuat pihak sponsor meradang. Mereka pun berharap hal itu tidak banyak terjadi musim depan. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan penalti berupa denda Rp 100 juta untuk satu pertandingan tanpa penonton.
"Musim depan kami tidak mau hal itu terulang. Kami yang dirugikan. Jika pertandingan digelar tanpa penonton, bagaimana kami bisa lakukan promosi?,’’ kata Fatih Chabanto, business development PT Zentha Hitawasana, perwakilan dari sponsor ISL. "Kebijakan ini harus dilakukan karena kami selaku sponsor kerap dirugikan," lanjutnya.
Musim lalu ada 27 pertandingan ISL yang dihelat tanpa penonton. Penyebabnya dua. Yakni, tidak mendapatkan izin keamanan dan sanksi komisi disiplin (komdis) PSSI. Nah, musim depan, untuk satu pertandingan tanpa penonton, PT Liga Indonesia dikenakan penalti Rp 100 juta.
Musim lalu, dengan nilai kerjasama Rp 37,5 miliar, pihak sponsor baru memberlakukan penalti jika 5 persen dari 306 laga digelar tanpa penonton. Itu artinya 15 pertandingan. Namun, pertandingan tanpa penonton karena sanksi komdis tidak dihitung. Alhasil, musim lalu PT Liga Indonesia (LI) tidak mendapatkan penalti dari sponsor.
"Sekarang kesepakatannya kami ubah. Pokoknya kalau ada pertandingan tanpa penonton, langsung kena penalti. Baik itu karena tidak dapat ijin maupun akibat sanksi komdis," tegas Fatih.
Dia menegaskan bahwa kesepakatan ini bukan berarti pihak sponsor mencari keuntungan. Menurutnya, hal ini juga akan berdampak positif bagi pengelola kompetisi. "Kami hanya ingin semua merasa diuntungkan. Baik sponsor maupun PT Liga sendiri,’’ bebernya. Terkait penalti tersebut, pihak sponsor akan langsung memotong dari nilai sponshorship yang disepakati. Musim depan, nilai sponsorship yang disepakati adalah Rp 41 miliar.
Di sisi lain, pertandingan tanpa penonton juga membawa kerugian bagi klub. Salah satu alasannya karena mereka kehilangan potensi pendapatkan dari penjualan tiket. Itulah yang dialami Arema Indonesia saat harus menghelat laga tanpa penonton melawan Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Malang. Hal itu seiring dengan sanksi komdis karena ulah pendukung Arema yang bertindak rasis.
"Kami perkirakan pendapatan yang melayang mencapai sekitar Rp 1,25 miliar. Sebab, statusnya big match melawan Persib. Animo penonton pasti lebih tinggi dari partai lainnya,? kata Sudarmaji, media officer Arema Indonesia, ketika dihubungi kemarin.
Persija Jakarta bahkan pernah tiga kali harus melakoni partai kandang tanpa penonton. Yaitu, saat menjamu Persib Bandung, Persitara Jakarta Utara, dan Bontang FC. Penyebabnya sama, yakni tidak mendapatkan izin dari pihak keamanan.
‘’Kerugian kami ratusan juta jika harus menjalani pertandingan tanpa penonton. Untuk sewa Gelora Bung Karno saja kami harus membayar Rp 190 juta per pertandingan. Belum lagi biaya untuk membayar keamanan yang mencapai puluhan juta,’’ kata Ferry Indrasjarief, asiseten manajer Persija.
Klub lain yang pernah menjadi korban pertandingan tanpa penonton adalah Persitara Jakarta Utara. Mereka harus menjamu Persija di Gelora Bung Karno tanpa penonton."Potensi penjualan tiket saat menjamu Persija kami perkirakan Rp 300 juta. Tidak jadi untung, kami malah harus tombok untuk sewa stadion dan bayar pengamanan,’’ kata Hary "Gendhar" Ruswanto, manajer Persitara musim lalu. (ali/ca/jpnn/lim)