Saturday, August 28, 2010

Aremania Teror Robert


Atmosfer panas tersaji sejak pertandingan Inter Island Cup (IIC) yang mempertemukan tuan rumah Arema Indonesia kontra PSM Makassar belum dimulai. Aremania yang telah memadati tribun stadion sejak dua jam sebelum kick off, tampak begitu antusias menyambut pertandingan laga perdana grup A IIC tersebut.
Maklum saja, tim pujaan mereka akan bersua dengan PSM Makassar, tim yang saat ini dilatih oleh Robert Rene Alberts. Sebelumnya Robert sukses mengantar tim Singo Edan merengkuh gelar juara ISL untuk pertama kalinya. Ajang ini tentu terasa sebagai reuni dini bagi Robert yang saat ini dating ke stadion Kanjuruhan sebagai pelatih tim seteru.
Perjumpaan dini antara Robert dengan mantan pasukannya memang tak terelakkan lagi sejak drawing turnamen IIC dilangsungkan beberapa waktu lalu.
Hasil drawing yang menempatkan PSM berada satu grup dengan Arema, mau tak mau membuat pelatih asal Belanda ini terlibat dalam gejolak batin yang mendera. Kini ia harus berada di bench tim tamu, jauh dari bench tuan rumah Stadion Kanjuruhan yang biasa ia tempati sepanjang musim lalu.
Di sisi lain, tekanan dari suporter tuan rumah juga menjadi hal yang pastinya ingin dihindari oleh Robert. Bukan sekedar karena ia menjadi pelatih tim lawan, tapi juga karena faktor hijrahnya ke PSM yang memancing reaksi kekecewaan dari segenap Aremania yang selama ini mengelu-ngelukannya.
Kekhawatiran itu ternyata terbukti. Mendampingi para pemainnya memasuki lapangan, bukannya aplaus yang didapat, Robert justru menuai cemoohan dari Aremania. Saat mencoba memberi salam dan melambaikan tangan, jusrtu teriakan berbunyi “huuu” yang ia peroleh. Meski begitu tidak sedikit penonton yang masih memberikan tepuk tangan penghormatan atas kehadirannya.
Cemoohan kepada Robert tidak berhenti begitu saja. Koor “huuu” justru semakin terdengar nyaring ketika namanya disebutkan oleh MC. Saat diumumkan nama susunan pemain dan pelatih PSM, koor bernada mengejek tersebut justru menjadi-jadi. Robert terlihat tidak begitu bereaksi atas aksi tersebut. Dia lantas duduk di bangku pemain cadangan timnya.
Nyanyian bernada miring juga terus diperdengarkan kepada Robert saat laga babak pertama berjalan. Beberapa nyanyian yang terdengar nyaring syairnya seantero stadion berbunyi “Yang putih Robert, yang biru Miro.’’ Sindiran itu mengalun serempak dari tribun timur yang selama ini memang dikenal atraktif.
Perihal munculnya nyanyian tersebut emang tidak begitu mengejutkan. Hal ini seiring masih banyaknya Aremania yang mengenakan kaos putih yang musim lalu identik dengan gaya berpakaian Robert.
Padahal sebelum laga, beberapa korwil Aremania sempat berkoordinasi untuk kembali berusaha membirukan stadion. Selama musim lalu, Aremania dirasa mulai kehilangan jati dirinya karena beralih menggunakan kaos putih dan meninggalkan warna biru yang selama ini sudah menjadi ciri khas.
Di pertandingan kemarin, Robert juga terlihat berbeda secara penampilan. Bila selama ini dikenal suka memakai kaos kala menukangi Arema, kemarin Robert terlihat mengenakan t-shirt berkerah warna hitam, dipadu celana pendek dengan warna senada. Robert juga tak lagi menggunakan topi yang biasa identik dengannya.
Sepanjang pertandingan berlangsung, ciri khas Robert yang biasa ia tonjolkan justru kurang terlihat. Pria yang belum fasih berbahasa Indonesia ini lebih banyak duduk mengamati pertandingan.
Tidak ada aksi-aksi memberikan instruksi dengan suara lantang seperti yang biasa ia lakukan saat masih membesut Arema. Tampaknya Robert memang belum cukup kuat mental untuk tampil sebagai seteru di hadapan puluhan ribu Aremania yang memadati stadion. (mg1/avi)