
Menanggapi hal itu Jacksen justru emosi di ruangan pers konferense stadion Kanjuruhan Malang, bahkan dia cenderung rasis. "Pemain Jawa sangat sering jatuh, saya sebenarnya tahu, dan sudah mengintruksikan kepada pemain, bahwa kita ada di Jawa, dan anak Jawa terutama Malang, Kediri dan Surabaya sering pura-pura jatuh dan berteriak, saya bilang kepada mereka supaya tidak emosi" kata Jacksen dalam pers konference usai pertandingan.
Kejadian dia menghentikan pertandingan bukan disengaja tetapi menurut Jacksen adalah wasit terlalu mudah cabut kartu. "Saya heran kepada wasit, kita lakukan pelanggaran tetapi kenapa langsung mendapatkan kartu, ini tidak baik karena pemain Jawa memang seperti itu, dan wasit apakah tidak tahu mereka diving dan suka teriak sakit" tegas Jacksen.
Di luar kejadian insiden berhentinya pertandingan, Jacksen sempat memuji perjuangan Arema, menurutnya Arema adalah tim kuat yang punya dukungan suporter fanatik. "Saya tahu Joko adalah pelatih bagus, tetapi dia tidak memegang Arema di awal musim sehingga pemain ini bukan pilihan dia, tetapi dia membuat Arema bermain seperti ini, sehingga saya kira Joko bagus tetapi dia tidak didukung skill pemain dan nasib dia memang tidak bagus karena sepakbola ada faktor keberuntungan" ujar Jacksen.
Jacksen juga mengatakan Arema diputaran kedua bakal berbahaya dan semakin sulit dikalahkan. "Ada pemain baru masuk, dan saya tahu kualitas pemain yang datang, mereka adalah pemain yang bisa menyulitkan lawan-lawan Arema" kata pelatih yang pernah membawa Persebaya juara liga ini.
Selanjutnya Jacksen tetap bakal membidik poin penuh kala bertanding melawan tim Persela, dia juga berharap wasit disana tidak mudah cabut kartu.